BOGOR (Panjimas.com) – Indonesia menjadi tuan rumah Konsultasi Tingkat Tinggi (KTT) Ulama dan Cendekiawan Muslim Dunia, yang digelar di Bogor, Jawa Barat pada 1 hingga 3 Mei 2018. Acara tersebut dibuka oleh Presiden Joko Widodo di Istana Bogor dan ditutup oleh Wapres Ri Jusuf Kalla.
Sebanyak 74 delegasi dari sekitar 40 negara di dunia hadir dalam Konferensi Wasatiyyat Islam yang digelar Indonesia tersebut. Antara lain dari Uni Emirat Arab, Kuwait, Lebanon, Suriah, Aljazair, Singapura, Filipina, India, Bangladesh, China, Australia, Perancis, Kanada, Amerika Serikat, Brunei Darussalam, Jepang, Thailand, Malaysia, Arab Saudi, Uzbekistan, Inggris, Rusia, Iran, Timor Leste, Srilanka, Palestina, italia, Bosnia-Hersegovina, dan Yordania.
Turut hadir pula Imam Besar Yerusalem sekaligus Imam Besar Masjid Al Aqsa. Dari Arab Saudi, Indonesia mengundang Imam Masjidil Haram sekaligus Ketua Majelis Syuro, Sekjen Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) dan Rabithah Arab Saudi. “Rabithah berhalangan hadir dan Sekjen OKI tidak bisa datang dan kirim wakil,” kata Din.
Utusan Khusus Presiden untuk Dialog dan Kerjasama Antar Agama dan Peradaban (UKP-DKAAP) Din Syamsuddin mengatakan, acara tersebut dihadiri oleh 100 tokoh ulama dan cendikiawan muslim dari berbagai negara di dunia, termasuk Indonesia.”Saya mendapatkan mandat dari Keppres untuk mempromosikan Islam Wasatiyyah, karena inilah hakekatnya Islam yang menekankan pendekatan jalan tengah,” ujar Din.
Din menjelaskan, umat Islam dinyatakan dalam Al-Qurna sebagai umat jalan, tentu dengan kriteria tidak sekadar moderat, toleran, penuh dengan tenggang rasa, sehingga diperlukan sikap bagi yang bertentangan dengan prinsip wasthiyah Islam.
“Kami pandang ini merupakan salah satu upaya yang harus dilakukan pertama ke dalam umat Islam dan dunia Islam untuk mengatasi kecenderungan yang bertentangan dengan prinsip, seperti ekstrimisme, radikalisme dan sebagainya,” paparnya.
Din berharap Islam Wasathiyah menjadi solusi alternatif untuk mengatasi krisis peradaban global. “Oleh banyak pakar sekarang disebut dunia mengalami disorder ketakteraturan, ketidakpastian, dan terjadi kerusakan pada peradaban global yang kiranya prinsip islam wasatiyyah menjadi solusi,” terang Din.
Din menuturkan bahwa wasatiyyat Islam di Indonesia dikenal sebagai Islam wasatiyah “Islam jalan tengah. Selama ini di Barat sering diterjemahkan sebagai Islam moderat, ini tidak pas,” kata Din, yang juga Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) ini.
“Wasatiyyat Islam lebih luas dari moderat. Ada toleran, jalan tengah, menyelesaikan masalah dengan musyawarah, mengakui kemajemukan, pluralisme, penengah dan perantara penyelesaian masalah. Dalam bahasa Inggris ada yang menterjemahkannya sebagai justly balance, keseimbangan yang berkeadilan, the middle path Islam, the middle way Islam,” kata Din.
Dalam konferensi tersebut dihadiri Imam Besar Al Azhar, Mesir, Ahmed Ath-Thayyeb, yang menjadi pembicara kunci, prinsip-prinsip dari Islam wasatiyah. “Di akhir pertemuan, akan ada Pesan Bogor atau Bogor Message. Isinya mungkin singkat berisi pemetaan situasi dunia, situasi yang dihadapi umat Islam saat ini, dan apa yang akan dilakukan, bagaimana kita akan melakukannya bersama-sama,” kata Din.
Saat membuka KTT Ulama dan Cendekiawan Muslim Dunia, Presiden Joko Widodo mengatakan, kehadirian para ulama dan ilmuwan dari berbagai penjuru dunia di Indonesia, dapat memperkokoh silahturahmi serta persaudaraan antar umat Islam maupun berbangsa.
“Indonesia menyambut gembira menguatnya semangat moderasi dalam gerakan besar dunia Islam. Selain berbagi pengalaman kita harus membangun gerakan, gerakan wasatiyyah Islam harus menjadi gerakan yang mendunia,” ujar Jokowi.
Menurut Jokowi, keterlibatan para ulama menjadi sangat penting karena ulama adalah pewaris para Nabi dan obor keteladanan bagi umat, sehingga jika ulama bersatu dalam satu barisan untuk membumikan moderasi Islam maka poros wasatiyyah Islam dunia akan menjadi arus utama.
“Ini akan memberikan harapan bagi lahirnya dunia yang damai, yang aman, yang sejahtera, yang berkeadilan dan menjadi gerakan Islam untuk mewujudkan keadilan sosial,” ucap Jokowi. (ass)