JOMBANG, (Panjimas.com) – Beberapa tahun belakangan isu mengenai bahaya komunisme dan kebangkitan PKI menjadi perbincangan di berbagai kalangan masyarakat. Pakar Sejarah Universitas Negeri Surabaya (UNESA), Prof. Dr. Aminudin Kasdi, MS merupakan salah satu peneliti dan sejarawan yang berani mengungkapkan berbagai fakta sejarah mengenai bahaya komunisme ini.
Sejak tahun 2009, Aminudin Kasdi secara gamblang berupaya membuka rahasia rencana besar Partai Komunis Indonesia (PKI). Menurutnya hal ini terdapat dalam buku saku berjudul “ABC Revolusi”, yang disusun oleh Comite Central (CC) PKI pada tahun 1957 silam. Buku “ABC Revolusi” ini merupakan dokumen penting yang ditemukan Prof. Aminudin Kasdi yang menegaskan tiga rencana revolusi atau pemberontakan PKI di Indonesia menuju negara komunis.
Profesor Aminudin Kasdi menegaskan kembali bahwa PKI selalu berupaya membalikkan fakta-fakta yang ada khususnya mengenai peristiwa pemberontakan PKI tahun 1948 dan 1965.
“Khususnya mengenai tahun 48 dan 65, PKI selalu berupaya membalikkan fakta-fakta yang ada, bahwasanya dia tidak memberontak, dia tidak melakukan makar, tetapi karena dia diprovokasi oleh Dewan Jenderal”, ungkapnya kepada Panjimas. Di Jombang Ahad, (29/4).
Hal ini menurutnya, sangat mirip dengan upaya pembalikan Fakta pemberontakan PKI tahun 1948, “Bahwa mereka (PKI) diprovokasi oleh progam Re-Ra (Rekonstruksi & Rasionalisasi TNI) dalam Kabinet HATTA, jadi mereka tidak mengakui kalau melakukan pemberontakan.”
Prof, Aminudin Kasdi melanjutkan, “Mereka (PKI) selalu mencari alibi dan dalih, untuk membenarkan bahwasanya mereka selalu menjadi korban pelanggaran HAM berat tahun 1965”.
“Ini terbukti dengan seminar nasional atau simposium nasional tahun 2016 di Jakarta tanggal 18-19 April, tapi ndak berhasil”, imbuhnya. ”Kemudian pada tahun 2017, mereka (PKI) mengadakan lagi seminar nasional dalih mengungkap kebenaran sejarah tahun 48 dan 65”.
Sejarawan Unesa ini menilai PKI terus berupaya mencari legitimasi dalam bidang akademik, “Jadi, mereka (PKI) juga mencari legitimasi di bidang keilmuan.”
Fakta kebangkitan PKI salah satunya adalah terbentuknya pengurus pusat dan ditetapkannya AD/ART PKI, hal ini ditegaskan Prof. Aminudin Kasdi bahwa PKI telah mengadakan Kongres Partai yang ke-20 pada tahun 2010, 8 tahun silam, “Selain itu mereka (PKI) juga mengadakan Kongres PKI yang ke-20 di Desa Nggrabag Magelang tahun 2010, yang menghasilkan pengurus pusat, dan seperangkat AD/ART.”
Oleh karena itu, Ia menekankan bahwa “Isu kebangkitan PKI itu bukan hanya hantu, tetapi merupakan fakta”, pungkasnya saat diwawancarai Panjimas, di ponpes Tebuireng, Jombang, Ahad (29/04).
Prof. Aminudin Kasdi dan berbagai rekan peneliti serta sejarawan yang tergabung dalam “Yayasan Masyarakat Peduli Sejarah” pun terus berjuang untuk mengingatkan berbagai pihak mengenai kebenaran sejarah mengenai pemberontakan dan makar PKI.
“Pentingnya Yayasan Masyarakat Peduli Sejarah itu adalah berusaha mengingatkan para masyarakat, para ilmuwan dan mereka yang dulu pernah menjadi korban pada 48 dan 65, bahwasanya bahaya komunis itu memang ada,” ujarnya.
Ia selaku pelaku sejarah sebagai aktivis GP Anhor menghimbau agar masyarakat waspada akan kebangkitan PKI dan berupaya mencegahnya, “Kita perlu hati-hati untuk mencegah bangkitnya mereka kembali”.[IZ]