JAKARTA (Panjimas.com) – Tetangga korban pembagian sembako, Laurensia, mengatakan keluarga RS (10 tahun) pernah dilarang berbicara mengenai kronologis meninggalnya korban pada orang lain. RS meninggal dunia setelah ikut pembagian sembilan bahan pokok di Monas, Jakarta, Ahad (29/4) lalu.
Pada pertemuan tersebut, Laurensia menyatakan, FUI dan Relawan Merah Putih memberikan sejumlah uang dan menyampaikan bela sungkawa. Relawan Merah Putih membawa uang sebanyak Rp 5 juta dalam amplop, yang sudah dalam kondisi tersobek.
Laurensia menambahkan sejak kabar meninggal korban menyebar, keluarga memang banyak menerima kunjungan. Selain relawan dan FUI, dia mengatakan, keluarga korban juga mendapat tamu dari Polda Metro Jaya, Polres Jakarta Pusat, LPAI, Lembaga Musyawarah Kelurangan (LMK) Pademangan Barat.
Laurensia menerangkan, berdasarkan keterangan keluarga, orang tua korban bernama Komariah datang ke Monas setelah mendapat tiga kupon pembagian sembako. Tiga kupon tersebut, yakni jenis sembako, makan gratis, dan doorprize.
Komariah yang masih berduka karena kematian anaknya mengatakan aparat kepolisian dari Polres Jakarta Pusat dan Polda Metro Jaya memang sempat mendatangi rumahnya. Dia juga membenarkan ada orang yang mengaku sebagai relawan juga mendatanginya. Hanya saja, Komariah tidak mengetahui relawan yang dimaksud. Menurut dia, mereka membawa sejumlah uang senilai Rp 5 juta rupiah.
Tak hanya itu, berdasarkan keterangan Komariah, mereka meminta keluarga tak bicara pada orang lain, apalagi media. “Bilangnya kalo ada yang mau wawancara jangan dilayanin,” kata Komariah.Di hadapan media, Komariah memohon adanya pengusutan kasus kematian anaknya. Ia meminta keadilan atas kematian Rizki.
Sebelumnya, Ketua Panitia ‘Untukmu Indonesia’ Dave Santosa mengatakan sudah bertemu dengan keluarga korban. Dia meyakini kedua korban, RS dan MJ, tidak meninggal saat pembagian sembako.
Kronologi Kematian Korban
Sementara itu, Muhammad Fayyadh, kuasa hukum keluarga korban meninggal saat pembagian sembako di Monumen Nasional (Monas) pada Sabtu (28/4) pekan lalu, menjelaskan kronologi meninggalnya Rizki. Hal tersebut berdasarkan keterangan dari orang tua korban Komariah.
Fayyadh sempat mempertanyakan keterangan polisi ihwal penyebab meninggalnya korban. Sebelumnya Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Argo Yuwono mengatakan korban meninggal karena dehidrasi dan panas tinggi.
Fayyadh menceritakan, ibu korban mendapatkan tiga kupon berupa sembako, makan gratis dan hadiah untuk acara yang digelar oleh Forum Untukmu Indonesia (FUI). Kupon diterima dari Sri yang merupakan warga RW 12 Pademangan Barat, Jakarta Utara.
Wanita yang akrab disapa Mbak Sri itu beralasan, ia harus berdagang di kawasan Ancol, Jakarta Pusat. Sehingga, ia tak bisa datang ke acara pembagian sembako tersebut. Komariah dan korban berangkat ke titik kumpul di Ruko Permata Ancol diantar kakak Rizki, Adi Ashari. Dari lokasi tersebut, keduanya berangkat ke Monas menggunakan bus Mayasari Bakti.
“Dalam bus yang dinaiki Komariah dan korban, kondisnya penuh sesak. Saat itu ada dua panitia bernama Putri dan Eni,” katanya.
Bus berhenti sekitar 500 meter dari pintu masuk Monas. Sebelum menukar kupon sembako, Komariah dan korban sempat berkeliling sekitar tempat acara. Pukul 11.30 WIB, Komariah memutuskan ikut antrian kupon makan gratis.
Saat itu, hanya ada tujuh atau delapan orang yang mengantri. Namun, tiba-tiba ada dorongan massa dari belakang. Komariah masih menggenggam tangan korban. “Kemudian, ada dorongan massa dari depan. Saat itu, keduanya berada di tengah desakan massa. Korban terinjak-injak,” ujarnya.
Komariah berupaya mengamankan korban. Ia mendorong massa untuk bisa keluar dari kerumunan. Kemudian, Komariah menepi di bawah pohon. Saat itu, korban dalam kondisi muntah-muntah dan kejang.
Komariah yang panik meminta pertolongan. Ada lima orang di dekatnya. Komariah pikir, mereka adalah panitia. Sayangnya, mereka tidak memberikan pertolongan. Kemudian ada seorang perempuan mendekati Komariah. Komariah meminta perempuan tersebut menghubungi Adi Ashari melaporkan apa yang terjadi terhadapnya dan korban.
Korban kemudian dibawa ke posko kesehatan. Salah satu dokter merujuk korban untuk dibawa ke RSUD Tarakan Jakarta, sekitar pukul 13.30 WIB. Korban sampai di IGD RSUD Tarakan pukul 14.00 WIB dan mendapat penanganan serius. Korban dipindahkan ke ruang PICU karena tak ada perkembangan pukul 02.00 WIB. Pada pukul 04.45, dokter mengabaran korban meninggal dunia.