JAKARTA, (Panjimas.com) – Pada hari Ahad (28/4) tiba tiba saja kawasan Monas menjadi penuh sesak dengan manusia yang sebagian besarnya memakai pakaian kaos merah dan banyak juga yang berjilbab merah dan ada juga yang berwarna putih. Mereka terdiri dari para nenek-nenek, Ibu ibu dan anak anak yang datang secara berbondong bondong dengan masing masing membawa kupon sembako, kupon makanan, kupon transport dan kupon kupon yang lain.
Mereka panitia acara itu mengemas acaranya dengan nama Pesta Rakyat Untukmu Indonesia yang dilakukan oleh Forum Untukmu Indonesia. Acara ini menurut Moh Naufal Dunggio selaku Sekretaris Komite Dakwah Khusus MUI itu sebenarnya acara memperingati Hari Paskah oleh Umat Kristiani tapi di kemas dengan bakti sosial dengan membagi kupon sembako di kalangan muslim yang papa.
“Bayangkan hanya sembako yang tak seberapa nilainya mereka muslim yang papa tersebut harus rela desak desakan bahkan ada yang terinjak injak dan kehilangan anak. Kalau mereka gak miskin papa gak mungkin hadir di Monas tadi. Mereka inilah sasaran empuk dari para MISIONARIS itu,” ujar Ustd Naufal kepada Panjimas pada Sabtu (28/4).
Kupon-kupon yang dibagi berlambang Burung Merpati Putih itu menurut Ustadz Naufal adalah mereka yang disebarkan ke tempat Majelis Taklim, RT, RW diseluruh Jadetabek yang notabene 90 persen beragama Islam. “Gak tahu panitia keluarkan berapa miliar untuk mensukseskan acara ini karena masyarakat diangkut dengan bus gratis. Inilah salah satu cara menyebarkan agama dgn cara yang culas, menipu dan main kasar,” tuturnya.
Ibu ibu yang semuanya berjilbab dan diwawancara Panjimas, semuanya menjawab bahwa mereka tidak tahu acara itu apa. Mereka hanya tahu dari pak RT yang bagi bagi kupon bahwa acara itu adalah acara pesta rakyat bagi bagi sembako. Sudah berada di lokasi (TKP) dan membaca di medsos baru mereka tahu bahwa acara itu adalah acara kristiani. Tapi mereka dengan yakin mengatakan saat diwawancara bahwa hanya mengambil sembakonya tapi tidak akan mengikuti agamanya.
Alhamdulillah ibu-ibu yang ikut antrian sembako itu mereka masih kokoh keimanan mereka walaupun ukurannya tidak jelas tapi paling tidak mereka tahu bahwa acara itu adalah acara Kristiani.
Secara kuantitas (jumlah) panitia sukses mengumpulkan kaum muslimin papa di Monas tapi secara kwalitas (nilai) mereka gagal total. “Ini harus jadi pelajaran bagi kita kaum muslimin seluruhnya. Para Murtadin tak henti hentinya mengeluarkan energi, dana dan segala upaya mereka untuk memurtadkan umat Islam dengan berbagai cara. Apalagi rezim penguasa memberikan mereka lampu hijau dalam aksinya,” tandas Ustadz Naufal Dungio.
Kelihatannya acara pesta rakyat tadi mau menyamai Aksi Bela Islam 212 tapi sayang acara kemarin itu di Monas sangat jauh sekali dengan aksi 212. Kayak bumi dan langit. Banyak sampah sampah berserakan. Tanaman pada rusak padahal hanya diikutin oleh ribuan orang. Tidak sampai ratusan ribu orang apalagi jutaan orang seperti ABI 212. Dari sini kita bisa mengukur dan menakar dengan jelas mana agama yang di Ridhai Allah dan mana agama palsu yang dibenci oleh Allah.
“Semoga kita kaum muslimin semakin sadar bahwa musuh-musuh Allah tidak bakal tidur nyenyak dan tidak bisa makan enak kalau kita umat Islam belum murtad dari agama kita, (QS. 2;120). Mari kita sama sama tetap berjama’ah menjaga Aqidah keislaman kita.Hanya kepada Allah lah kita berlindung diri,” pungkas Ustd Naufal. [ES]