JAKARTA, (Panjimas.com) – Seperti yang sudah diduga sebelumnya bahwa kegiatan acara Forum Untukmu Indonesia yang disinyalir adalah kedok bagi kegiatan Kristenisasi yang kemudian dibungkus dengan kegiatan sosial. Yakni bagi-bagi sembako dan makanan gratis untuk masyarakat yang diselenggarakan di lapangan Monumen Nasional (Monas) pada Sabtu (28/4).
Untuk menelusuri jejak yang diduga program kristenisasi pada kegiatan tersebut Panjimas melakukan liputan investigasi langsung di lokasi pada saat kehiatan tersebut berlangsung.
Sejak Sabtu (28/4) pagi hari sudah terlihat pemandangan yang tidak biasa. Di berbagai sudut sudut Jakarta, Bekasi, Depok, Bogor, Tanggerang dan sekitarnya sudah banyak mobil mobil angkutan umum dan bus bus pariwisata dan kendaraan dinas operasional instansi pemerintah yang diparkir menunggu para calon masyarakat yang akan diajak serta datang ke Monas untuk mengikuti kegiatan Untukmu Indonesia.
Begitu juga yang datang ke Lapangan Monas dengan menaiki kendaraan pribadi, motor, kereta api maupun kendaraan umum. Datang dari berbagai penjuru tempat untuk memenuhi Monas di Sabtu pagi itu. Bukan pemandangan yang biasa terjadi sebenarnya. Tapi panitia memang rupanya mengerahkan berbagai cara untuk mengimingi imingi masyarakat datang ke acara tersebut. Hal ini terbukti sesuai wawancara Panjimas kepada banyak orang di lokaai kegiatan berlangsung.
“Kami datang rombongan dengan 8 bus dari daerah Penjaringan, Pluit Jakarta Utara. Kami diajak katanya dijanjikan sama panitia katanya akan dapat sembako disini. Tapi nyatanya gak terbukti. Antrian sembakonya penuh dan ngantri panjang sekali. Kami gak kebagain dan kami disuruh tunggu aja dulu, padahal kami belum dapat apa apa dari pagi sampai siang ini,” ujar Ibu Rini dan teman-temannya ketika diwawancara Panjimas.
Forum Untukmu Indonesia menggelar acara sosial yang berisi pembagian sembako gratis, permainan hiburan dan musik, layanan kesehatan, bazar, dan membagi souvenir dan hadiah menarik lainnya.
Alih-alih mengatasnamakan kebhinekaan, menjaga persatuan dan mencegah bangsa Indonesia dari narkoba. Acara dengan puluhan ribu pengunjung itu sangat kental dengan pelayanan ala program ala Kristenisasi yang biasa dilakukan aktivis gereja.
Ketika kita masuk dari arah Timur Monas maka akan terlihat dan terdapat baliho dengan latar belakang metropolitan dibubuhi logo Yayasan Pendidikan Diakonia di bagian atas, permainan lempar gelang ke dalam botol yang bertuliskan: Indonesia Diberkati, Indonesia Damai, Indonesia Kasih, Indonesia Bahagia, dan Indonesia Jaya.
Bergeser sedikit ada 4 tempat mandi parasut khusus anak balita. Anak balita diberikan permainan udara oleh panitia yang dimainkan kaus merah. Selain itu, terlihat di sekeliling area permainan, anak-anak perempuan separuh baya menyemprotkan udara ke atas pengunjung secara merata. Mirip dengan kegiatan pembaptisan dengan memakai air sebagai sarana pembaptisan.
Di panggung utama, para penyanyi membawakan lagu-lagu khas gereja, meskipun diselingi dengan lagu umum. Lantutan haleluya dan puji tuhan terdengar jelas di sekitar panggung. Ketika lagu berakhir, dua orang penari membentuk formasi di atas dancernya dan memalangkan tangan. Simbol salib?
Tak hanya itu, peserta setia datang dengan membawa kupon untuk ditukarkan di stand-stand. Mulai dari makanan, gula, mie instan, beras, bahkan khitanan massal. Tertulis di kupon tersebut ‘Untukmu Indonesia’ dengan latar belakang monas dan warna yang berbeda-beda. Di ujung kanan atas ada ilustrasi burung merpati. Apakah roh kudus?
Kemudian Panjimas melihat ada salah satu stand yang berbentuk pangung yang bertuliskan “Mengubah Nasib (Pengobatan Alternatif). Kemudian karena merasa penasaran kami berusaha mendekat dan berusaha mencari tahu apa saja aktifitas dan isi pembicaraan orang orang diatas panggung itu yang duduknya berhadap hadapan seperti sedang berkonsultasi dan memberikan arahan.
“Ya, tadi awalnya saya melihat ada stand Mengubah Nasib, terus saya datang dan dikasih nasihat oleh seorang ibu yang ada disitu. Terakhir saya dikasih doa doa dari ibu itu memakai doanya yang seperti orang kristen membaca doa. Padahal saya kan pake kerudung dan ibu itu tahu saya agamanya Islam,” tutur Lani siswa sekolah SMA berhijab yang sempat datang di stand mengubah nasib itu dan diwawancara Panjimas. [ES]