GAZA, (Panjimas.com) – Ratusan pelayat Palestina Kamis sore (26/04) tampak menghadiri upacara pemakaman seorang ilmuwan Hamas yang dibunuh di Kuala Lumpur Dr. Fadi al-Batsh, Sabtu (21/04) pekan lalu.
Para pelayat dengan khusyuk dan haru menunaikan sholat jenazah dan doa mengiringi pemakaman jasad Fadi al-Batsh di Masjid Al-Omari di kota Jabalia, Wilayah Jalur Gaza Utara, sebelum kemudian dimakamkan di pemakaman Al-Shuhada.
“Tangan-tangan bersalah yang membunuh al-Batsh akan terputus,” tugas Ismail Haniyeh, Kepala Biro Politik Hamas, dalam pidatonya di upacara pemakaman Dr. Fadi al-Batsh.
“Darah para martir adalah bahan bakar untuk jalan kemenangan dan pembebasan,” imbuhnya.
Haniyeh mengucapkan terima kasih, kepada pemerintah Mesir dan Malaysia untuk memfasilitasi pengiriman jasad dan penguburan tubuh ilmuwan muda Gaza di kota asalnya Jabalia.
Jasad Dr. Fadi Al-Batsh, beserta Istri dan anak-anaknya, diterima Kamis pagi di perbatasan terminal penyeberangan Rafah di perbatsan Gaza dengan Mesir oleh puluhan warga Palestina dan pemimpin faksi politik Palestina.
Sabtu (21/04) lalu, Fadi al-Batsh, seorang insinyur dan peneliti asal Palestina, ditembak mati di dekat rumahnya di ibukota Malaysia Kuala Lumpur oleh 2 pria bersenjata yang segera melarikan diri dari tempat kejadian.
Sementara itu keluarga al-Baths menuding agen mata-mata Israel Mossad telah melakukan pembunuhan itu, Namun, Menteri Pertahanan Israel Avigdor Lieberman membantah keterlibatan Israel dalam pembunuhan ilmuwan Palestina itu.
Menurut sumber di Bandar Udara Internasional Kairo, jasad Fadi al-Batsh diterbangkan dari Kuala Lumpur ke Kairo oleh pesawat Arab Saudi.
“Tubuhnya kemudian dibawa ke Mesir (Mesir-Gaza) menyeberang dengan ambulans,” jelas sumber itu, yang berbicara secara anonim, dikutip dari AA.
Media-media Israel menyebut al-Batsh sebagai “seorang insinyur Hamas dan seorang ahli dalam pembuatan drone”, hal ini mengisyaratkan kemungkinan bahwa Mossad telah memainkan peran besar dalam kematiannya.
Dinas Intelijen Israel telah membunuh banyak aktivis perlawanan Palestina di masa lalu, banyak dari mereka yang tinggal di luar negeri.[IZ]