KARANGANYAR, (Panjimas.com) – Sejarawan INSIST, Dr Tiar Anwar Bachtiar mengungkapkan bahwa kultur Indonesia erat kaitannya dengan agama Islam. Hal ini berdasarkan hasil penelitian yang dilakukannya selama bertahun- tahun.
“Dan ternyata dari pembacaan riset yang saya lakukan selama bertahun- tahun dalam sejarah Indonesia sebetulnya kebudayaan Indonesia itu sangat banyak dipengaruhi oleh Islam”, pungkasnya saat berbicara dalam Kajian Inspirasi yang dihadiri ratusan pemuda-pemudi, di Masjid Agung Karanganyar, Sabtu (21/04) lalu.
Dr. Tiar Anwar Bachtiar mengatakan meskipun Islam tidak pernah mengklaim itu sebagai bagian dari dirinya namun sudah pasti nilai-nilai Islam ter-internalisasi langsung dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia. Tidak benar, jika budaya ramah- tamah, tolong menolong, saling bergotong royong yang melekat erat dan bahkan menjadi ciri khas karakter orang Indonesia yang dikenal dunia internasional merupakan ajaran Hindu- Budha. Faktanya, pada masa itu masyarakat Indonesia hidup berdasarkan kasta, Brahmana, Ksatria,Waisya dan Sudra.
“Setiap orang dilahirkan sesuai dengan kastanya, dan setiap kasta itu tidak berhubungan dengan kasta yang lebih tinggi dan jangan mimpi juga untuk pindah kasta” terangnya.
Hubungan antara orang yang berada di kasta atas dan di bawahnya ialah hubungan kawula gusti. Kawula itu rakyat biasa, sementara gusti itu orang yang harus dilayani. Islam datang sebagai agama yang egaliter, lebih menghargai manusia sebagai makhluk Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Islam mengajarkan kepada umatnya bahwa kemuliaan manusia diukur berdasarkan ketaqwaannya, dan hal inilah yang selanjutnya mempengaruhi kultur masyarakat Indonesia. Masyarakat kita setelah Islam datang memiliki tradisi saling tolong menolong, bergotong-royong, serta beramah tamah kepada siapa saja tanpa membedakan status sosialnya.
“Ajaran mana dalam Hindu-Budha yang mengajarkan musyawarah kalau dalam ajarannya terdapat kasta, Islam datang mengajarkan musyawarah untuk bersama- sama membahas apa yang dibutuhkan masyarakat,” imbuhnya.
Tiar Anwar Bachtiar pun mengutip ayat Al-Qur’an tentang perintah bermusyawarah dalam menyelesaikan suatu permasalahan umat. Yakni surat Ali-Imran ayat 158 yang berbunyi “Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu”. Sejak saat itu setiap raja, pemimpin umat di Indonesia selalu mentradisikan musyawarah dalam menyelesaikan permasalahan yang muncul dan tradisi ini muncul hingga sistem demokrasi masuk di Indonesia.[IZ]