BOGOR (Panjimas.com) — Indonesia memasuki era penduduk menua. Dari laporan Departemen Ekonomi dan Permasalahan Sosial PBB, bahwa persentase penduduk lansia di Indonesia di tahun 2017 mencapai 9, 03% atau sekitar 23 juta orang. Jumlah ini diperkirakan meningkat hingga mencapai dua kali lipat di tahun 2035.
Permasalahan lansia ini adalah kesehatan dan fungsi sosial di masyarakat kesehatan. Kesehatan para lansia ini menjadi pemasalahan karena kerentanan berbagai penyakit. Hal ini sesuai temuan Kementerian Kesehatan bahwa angkat kesakitan lansia adalah sebesar 28,62 persen.
Ini berarti, setiap 100 lansia terdapat 28 orang, diantaranya yang sakit. Fungsi sosial ini menyangkut pada peran mereka di masyarakat. Diketahui bahwa 100 orang penduduk prodiktif harus menanggung sekitar 14 orang penduduk lansia.
Ketua panitia kegiatan ini, dr. Astrina Yulda menjelaskan, kegiatan ini adalah upaya memaksimalkan peran lansia, khususnya para perempuan, agar tidak dianggap sebagai beban didalam keluarga.
“Lansia itu produktif, cuma tidak dapat dimaksimalkan dan tidak mendapatkan pelayanan fasiitas kesehatan yang mumpuni. Kita bisa bercermin pada Swedia dan Jepang,” tuturnya.
Sebagai gambaran, Indeks Global Age Watch dari Badan Kependudukan PBB, menempatkan swiss pada posisi teratas sebagai negara ternyaman untuk hari tua. Sedangkan Indonesia berada pada peringkat 74, di bawah Vietnam dan Thailand.
Berdasarkan data Satuan Kerja Nasional (Sakernas) Agustus 2016, jumlah penduduk Lansia terus bertambah dengan rincian penduduk usia kerja lansia sebanyak 22,79 juta orang, angkatan kerja lansia 10,96 juta orang, penduduk lansia yang bekerja sebanyak 10,79 juta orang, penganggur terbuka lansia sebanyak 165.702 orang.
Penganggur terbuka lansia lebih banyak pada laki-laki yaitu sebesar 99.229 orang dari pada perempuan sebesar 66.473 orang. Sedangkan menurut wilayah, penganggur terbuka lansia perkotaan lebih banyak dibandingkan di pedesaan. (ass)