BIREUEN, (Panjimas.com) – Tengah hari yang terik, beberapa jam usai salat Jumat, pesisir Pantai Kuala Raja, Kabupaten Bireuen, Provinsi Nangroe Aceh Darussalam, mendadak ramai. Jumat (20/4) siang kemarin, sebuah kapal kayu besar dan kumuh merapat di tepian pantai sekitar pukul 14.30 WIB.
Kapal tua tersebut dipenuhi dengan puluhan orang-orang berwajah pilu, seperti kelelahan, tak bertemu dengan daratan dan makanan selama berpekan-pekan. Tak disangka, penumpang dengan wajah sayu yang berada di atas kapal itu adalah orang-orang Rohingya!
Kapal kayu terlihat masih terombang-ambing di pinggiran Pantai Kuala Raja, Bireuen. Warga pesisir yang melihat perahu penuh dengan orang-orang Rohingya, bergegas membantu mendorong perahu hingga benar-benar merapat ke dermaga.
Sampai Jumat (20/4) sore ini, sedikitnya ada 76 jiwa Rohingya yang terangkut dalam satu kapal kayu sarat muatan itu. Sebagian besar merupakan laki-laki, sisanya perempuan dan anak-anak.
Mendapat informasi terdamparnya puluhan pengungsi Rohingya di Bireuen, Masyarakat Relawan Indonesia (MRI) – Aksi Cepat Tanggap (ACT) Aceh bergegas menuju ke pesisir Pantai Kuala Raja.
Rahmat Aulia, Humas ACT Aceh mengatakan, puluhan warga Rohingya yang terdampar dalam kondisi lemas. “Dari pendataan sementara yang kami lakukan, ada 43 orang laki-laki, 25 perempuan dewasa, dan 8 anak-anak. Seluruhnya mengalami dehidrasi atau kekurangan cairan akibat terkatung-katung di laut,” tutur Rahmat.
Dari gambar-gambar yang didistribusikan langsung oleh MRI Aceh, tampak selang-selang infus menggantung dan menempel di lengan para lelaki Rohingya itu. Anak-anak juga perempuan dengan wajah sayu dan tubuh lunglai mendapat prioritas utama.
Hidayat selaku Koordinator MRI – ACT Bireuen melaporkan, timnya tengah mendampingi beberapa pengungsi Rohingya yang butuh penanganan medis segera.
“Kondisi saat ini, ada 5 orang Rohingya yang sakit, yakni 3 orang lelaki dan 2 orang perempuan. MRI Bireuen melakukan pendampingan selama proses perawatan. Tim medis darurat sudah hadir di lokasi,” kata Hidayat.
Informasi terbatas yang didapat dari MRI Aceh, kapal kayu yang ditumpangi puluhan orang Rohingya itu berangkat mengungsi langsung dari Myanmar. Kemudian terdampar di Aceh.
“Belum ada informasi kapan mereka berangkat dari Myanmar dan mengapa mereka melarikan diri dari sana. Kini seluruh pengungsi Rohingya itu sudah ditangani oleh Pemkab Bireuen untuk dilakukan pendataan dan perawatan bagi yang sakit. Di sini juga sudah ada BPBD Bireuen dan TNI untuk membantu menangani para pengungsi. Penampungan sementara mereka diberikan ruangan di aula SKB (Sanggar Kegiatan Belajar) milik Pemkab Bireuen,” ujar Hidayat selaku Koordinator MRI Bireuen.
Sementara itu, Hidayat mengaku saat ini timnya masih terus melakukan pendampingan kepada para mengungsi. “Selain itu, kami mendata kebutuhan apa saja yang mereka perlukan saat ini,” jelasnya.
Hidayat menambahkan, gelombang pengungsi yang terdapar di Bireuen Jumat (20/4) siang ini merupakan gelombang pengungsi kedua yang tiba di Aceh. Beberapa pekan lalu, tepatnya Kamis (5/4), lima pengungsi Rohingya tiba lebih dulu di Kota Langsa, Aceh. Mereka telah ditangani oleh pihak imigrasi Aceh. [ES]