JAKARTA (Panjimas.com) –Selangkah lagi, Indonesia bakal mewujudkan impian besarnya untuk menduduki puncak rangking destinasi wisata halal dunia versi Global Muslim Travel Index 2019. Untuk menjadikan harapan itu menjadi nyata, sejumlah langkahpun tengah dan akan diterapkan, salah satunya dengan IMTI.
“Saya langsung saja, memang tahun 2019 kita ingin menjadi destinasi wisata halal dunia yang terbaik, the best of Global Muslim Travel Index, teratas rangking-nya, bukan lagi nonor dua,” kata Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya usai mempresentasikan kinerja Indonesia di industri wisata halal dalam acara peluncuran Mastercard-Crescent Rating Global Muslim Travel Index (GMTI) 2018 di The Galery Room, Hotel Pullman Thamrin, Jakarta, beberapa waktu lalu (11/4).
Salah satu strategi andalan untuk memenangkan itu, lanjut Arief Yahya pihaknya akan segera me-launch IMTI atau Indonesia Muslim Travel Index. “IMTI itu merupakan gabungan kriteria dari Global Muslim Travel Index atau GMTI, Halal Travel Indicator (HTI), dan Travel and Tourism Competitiveness Report (TTCR). Jadi kriterianya tentu jauh lebih detil dan lebih banyak daripada GMTI,” ungkap Arief Yahya yang hadir didampingi Ketua Tim Percepatan Pengembangan Wisata Halal, Riyanto Sofyan.
Kriteria GMTI itu ada 4 yakni Accsess, Communication, Environment, dan Services. “Contohnya untuk Access, GMTI membidik Air Connectivity dan Visa Requirements, sementara IMTI menambahkan lagi dengan tiga kriteria yakni Airports & Flights Information, Railway Service, dan Cruise Terminal Information,” terang Arief Yahya.
Begitupun dengan kriteria Service. Dalam GMTI ada 4 poin kriterianya yakni Dinning Options & Halal Assurance, Access to Prayer Places, Airport Facilities, dan Accomodatioan Options.
“Sementara dalam IMTI ditambah lagi dengan Wife Coverage, No of Halal Certified Restaurant, No. of Halal Assured
Restaurant (not-certified), No. of Mosques, Airport Facilities, dan Accomodations,” beber Arief Yahya seraya menambahkan bahwa IMTI itu mulai disosialisasikan.
“Setelah di-launching, IMTI akan disosialisasikan agar semua stakeholder terkait terkondisikan. Nah ketika nanti dinilai untuk rangking GMTI 2019, pasti kita juaranya,” ungkap Arief Yahya dengan penuh percaya diri.
Langkah kedua, lanjut Arief Yahya mempromosikan Destinasi Wisata Halal Indonesia secara digital. “Kenapa harus go digital? Karena 70 % costummers kita baik search maupun share itu menggunakan digital media. Sangat aneh kalau kita tidak menggunakan digital dalam promosi,” terangnya.
Tahun depan, sambung Arief Yahya, Kemenpar menargetkan 5 juta wisatawan mancanegara (wisman) Muslim dan 242 juta perjalanan wisatawan nusantara (wisnus) Muslim. “Dan satu lagi, harus menduduki puncak atau peringkat pertama rangking GMTI 2019,” ungkapnya.
Oleh karena itu digital menjadi prioritas Kemenpar. “Kenapa inisiatif pertama dan utama Komenpar diurutan nomor satu itu go digital? Karena kita paham sekali, kalau ingin memenangkan persaingan, termasuk menjadi Destinasi Wisata Halal Terbaik Dunia, ya kita harus pakai digital,” tegasnya.
Pesona Lombok
Hariyanto Sofyan menambahkan bahwa Indonesia sudah memiliki beberapa destinasi halal antara lain Lombok-NTB, kemudian Sumbar, dan Aceh yang sudah ditetapkan pemerintah. “Sampai kini yang terbaik masih Lombok NTB. Sejak meraih penghargaan The World Best Halal Tourism Destination dan The World Best Halal Haneymoon Destination tahun 2015. Setahun kemudian terjadi kenaikan kunjungan wisatawan ke Lombok sampai 50 % dari 1 juta menjadi 1,5 juta baik untuk wisnus Muslim maupun wisman Muslimnya,” terang Riyanto.
Tahun lalu, lanjut Riyanto pihaknya memperbanyak event untuk pengembangan wisata halal antara lain Pesona Khasanah Ramadhan di Lombok yang mendapat sambutan antusias dari para pelaku industri wisata dan juga wisatawan. “Sekarang untuk mencari hotel di Mataram saat ada event sampai sulit, okupasinya bisa 80-90 persen,” ungkapnya.
Sementara untuk tahun ini, pihaknya sudah menyiapkan paket-paket wisata halal untuk delegasi dua event besar berskala dunia yakni Asian Games di Jakarta dan Palembang pada Agustus serta Pertemuan Bank Dunia-IMF di Bali Oktober mendatang.
“Kita juga terus memberikan bantuan sertifikasi dan pelatihan-pelatihan untuk peningkatan SDM pariwisata khusus untuk melayani wisnus dan wisman Muslim. Semua itu bermuara untuk mewujudkan Indonesia sebagai destinasi wisata halal dunia teratas dalam rangking GMTI tahun depan,” tambah Riyanto.
Berdasarkan Mastercard-CrescentRating GMTI 2018, kedudukan Indonesia sebagai destinasi halal dunia atau destinasi pasar wisata muslim dunia dari 130 destinasi di negara-negara yang tergabung dalam Organisasi Kerjasama Islam (OKI), berada di peringkat kedua dengan nilai 72.8 bersama dengan Uni Emirat Arab. Sementara posisi puncak masih ditempati Malaysia dengan nilai 80.6. (ass)