IDLIB, (Panjimas.com) – Ledakan bom di kota Idlib, Suriah Barat Laut baru-baru ini menewaskan sedikitnya 15 warga sipil dan melukai 36 korban lainnya. Banyak diantara para korban adalah anak-anak, menurut seorang pejabat pertahanan sipil lokal, Senin (09/04), dikutip dari AA.
Moustafa Haj Youssef, Direktur Badan Pertahanan Sipil White Helmets di Idlib, mengatakan kepada bahwa penyebab ledakan itu belum diketahui.
Ledakan bom itu merusak rumah dan kendaraan di dekatnya.
Upaya pencarian dan penyelamatan sedang berlangsung di lokasi ledakan yang meratakan gedung tujuh lantai itu, ujar Youssef menambahkan.
Idlib sebegaimana dikethui kini merupakan Wilayah yang dikendalikan oleh kelompok-kelompok bersenjata anti-rezim Assad, Idlib telah mengalami serangan udara hebat selama dua bulan terakhir, yang menyebabkan ratusan kematian dan korban luka, menurut sumber pertahanan sipil.
Wilayah Idlib berada dalam jaringan zona de-eskalasi yang disokong oleh Turki, Rusia, dan Iran – di mana tindakan agresi militer dilarang secara eksplisit.
Selama pembicaraan damai di ibukota Kazakhstan, Astana, tiga negara penjamin, Turki, Iran dan Rusia, sepakat untuk menetapkan zona de-eskalasi di Idlib dan di beberapa bagian Provinsi Aleppo, Latakia dan Hama.
Idlib, yang terletak di Suriah bagian Barat Laut di perbatasan Turki, menghadapi serangan hebat yang dilancarkan rezim Assad setelah perang berkecamuk yang dimulai pada tahun 2011.
Sejak Maret 2015, Idlib tidak lagi berada di bawah kendali rezim Assad dan didominasi oleh kelompok oposisi militer dan organisasi bersenjata anti-rezim Assad.
Sejak awal 2011, Suriah telah menjadi medan pertempuran, ketika rezim Assad menumpas aksi protes pro-demokrasi dengan keganasan tak terduga — aksi protes itu 2011 itu adalah bagian dari rentetan peristiwa pemberontakan “Musim Semi Arab” [Arab Spring].
Sejak saat itu, lebih dari seperempat juta orang telah tewas dan lebih dari 10 juta penduduk Suriah terpaksa mengungsi, menurut laporan PBB.
Sementara itu Lembaga Pusat Penelitian Kebijakan Suriah (Syrian Center for Policy Research, SCPR) menyebutkan bahwa total korban tewas akibat konflik lima tahun di Suriah telah mencapai angka lebih dari 470.000 jiwa. [IZ]