Jakarta (Panjimas.com) – Netizen mengecam keras pandangan tokoh liberal Ade Armando yang mengatakan soal azan tidak suci. Ini untuk kesekian kalinya Ade Armando nyiyir soal pandangannya tentang Islam dan umat Islam di akun media sosial pribadinya. Pernyataan Ade Armando soal azan terkait pembelaannya terhadap puisi Sukmawati yang menyebut “Suara kidung Ibu Indonesia, sangatlah elok, Lebih merdu dari alunan azanmu.”
“Dosen macam apa ini. Use your brain mulu. Bbrainnya sendiri tidak digunakan. Okelah, riwayat adanya adzan memang demikian. Tapi maknai kalimat adzan. Kata-kata suci terkandung di dalamnya. Termasuk yang Anda sebutkan, Allah. Itu
kan Anda bilang juga suci. Tapi opini Anda bertolak belakang dengan penjelasannya,” ungkap Netizen.
Netizen yang lain mengomentari, “Salah satu bentuk penghormatan Raja Salman pada Allah sang pencipta adalah berhenti
bicara pada Obama dan langsung cari tempat sholat saat kunjungan ke Amerika. Obama terkejut sebab ditingalin Raja Arab Saudi tersebut. Intinya orang islam yang cinta agamanya tak kan melecehkan seruan adzan, sebab esensinya Adzan panggilan mulia dari Allah pada Makhlukknya supaya mendekat pada-Nya. Shalat meleburkan dosa. Sebab di hari akhir nanti yang pertama di hisab ya amal ibadah ya shalat.”
Ade Armando dalam status akun facebooknya mengklarifikasi soal azan tidak suci, seperti ini: “Gara-gara saya menulis bahwa ‘azan itu tidak suci’, saya dihujat kanan-kiri. Ada yang mau bikin perhitungan. Ada yang bilang saya menodai Islam. Ada yang berdoa agar Allah melaknat saya. Ada yang bilang, darah saya halal. “
Begini kata Ade soal azan tidak suci: “Apa sih yang dalam Islam dipandang suci? Allah jelas Maha Suci. Al Quran jelas suci karena merupakan kumpulan ayat-ayat Allah. Tapi azan? Azan seperti yang kita kenal saat ini bukanlah perintah Allah.”
Ade lalu meminta umat Islam untuk membaca sejarahnya. “Praktek azan dimulai pada tahun ke-2 Hijriah. Ini dimulai dengan musyawarah antara Nabi Muhammad dan para sahabat tentang apa cara terbaik untuk memberitahu umat Islam bahwa sudah tiba waktu shalat. Harap catat, saat itu tidak ada jam.”
Ade melanjutkan, “Ada beberapa ide dikemukakan sahabat. Ada yang bilang, kibarkan saja bendera. Ada yang mengusulkan, tiup terompet. Ada pula ide membunyikan lonceng. Ada yang menyarankan, menyalakan api. Tapi akhirnya yang dipilih adalah memanggil orang shalat dengan mengumandangkan azan seperti yang kita kenal sekarang ini. Jadi ini adalah hasil kesepakatan Nabi dan para sahabat.”
“Dan format azan itu sendiri juga bukan berasal dari wahyu Allah, melainkan berdasarkan mimpi seorang sahabat bernama Abdullah bin Zaid (menurut kisah Abu Dawud). Ia mengatakan bahwa ia bermimpi bertemu dengan seorang pria yang mengajarinya mengumandangkan azan. Mimpi itu disetujui oleh nabi Muhammad.”
Menurut Ade, kisah ini bisa sangat membantu kita memahami bahwa azan itu bukanlah hal yang sakral karena hakekatnya adalah cara untuk menyatakan waktu shalat sudah tiba. Sebuah penanda waktu.
“Karena itulah, di Universitas Indonesia misalnya, kuliah atau diskusi akan jalan terus walaupun terdengar azan. Karena itu pula, mayoritas umat Islam saat ini sudah tidak merasa perlu menunggu kumandang azan untuk tahu apakah waktu shalat sudah tiba, karena sudah ada jam sebagai penanda waktu.”
“Karena itu juga, muazin (mereka yang mengumandangkan azan) tidak selalu merdu mengumandangkan azan, karena kemerduan suara bukan prasyarat mutlak untuk menjadi muazin. Jadi begitulah. Hakekatnya, azan itu adalah seruan untuk menyatakan waktu shalat sudah tiba sekaligus mengajak orang untuk shalat.”
“Kumandang azan pun tidak selalu merdu, karena hakekatnya memang tidak berurusan dengan estetika. Mau dibaca datar-datar saja juga boleh. Tidak ada yang melarang. Jadi begitu ya. Menurut apa yang saya pelajari, azan itu tidak suci. Kalau Anda tidak setuju silahkan dan ajukan argumentasi Anda.(ass)