IDLIB, (Panjimas.com) – Konvoi Evakuasi ke-16 yang membawa ratusan warga sipil dan para pejuang oposisi dari Ghouta Timur Suriah, di pinggiran ibukota Damaskus, dilaporkan tiba di Distrik Al-Bab Aleppo, Kamis pagi (05/04).
Konvoi bus yang membawa 633 jiwa itu, termasuk 233 anak-anak dan 180 perempuan, yang akan disediakan akomodasi sementara di Distrik Kabassin Al-Bab, Aleppo.
Menurut koresponden Anadolu yang berbasis di daerah itu, evakuasi tetap berlangsung dari berbagai bagian di Ghouta Timur.
Operasi Turki Euphrates Shield, yang diluncurkan pada akhir tahun 2016, berhasil merebut kendali Distrik Al-Bab dari kelompok Islamic State (IS).
Operasi Euphrates Shield, yang berakhir pada Maret tahun lalu, sebagian besar berhasil mengendalikan daerah perbatasan Turki-Suriah.
Menurut laporan Anadolu, setidaknya 50.000 warga sipil telah dievakuasi dari Ghouta Timur sejak proses evakuasi dimulai pada 22 Maret lalu.
Evakuasi dilakukan sebagai bagian dari perjanjian yang diperantarai Rusia antara rezim Assad dan kelompok oposisi bersenjata.
PBB Umumkan “130.000 Orang Tinggalkan Ghouta Timur”
Sementara itu menurut laporan PBB, sekitar 130.000 orang dikabarkan telah meninggalkan wilayah Ghouta Timur di pinggiran ibukota Damaskus selama rentetan serangan rezim Assad disana yang berlangsung beberapa pekan, demikian pernyataan PBB, Senin (02/04).
Juru bicara PBB, Stephane Dujarric mengatakan bahwa PBB dan mitra-mitranya bekerja untuk meringankan krisis kemanusiaan yang disebabkan oleh serangan terhadap Ghouta Timur, tetapi mengatakan “kebutuhan-kebutuhan [kemanusiaan] tetap sangat besar”.
“PBB terus menyerukan akses yang aman, tanpa gangguan dan berkelanjutan untuk semua [pihak] yang membutuhkan, dan setiap evakuasi warga sipil haruslah aman, sukarela, dan ke tempat-tempat yang mereka pilih,” pungkasnya, dikutip dari AA.
“Sangat penting bahwa warga sipil memiliki hak untuk kembali pulang segera setelah situasi memungkinkan”, tandasnya.
Sejak 19 Februari, lebih dari 1.400 orang dilaporkan tewas dalam serangan oleh rezim dan sekutunya di Ghouta Timur.
Menjadi rumah bagi sekitar 400.000 penduduk, Ghouta Timur tetap berada di bawah pengepungan rezim yang melumpuhkan selama lima tahun terakhir. Dalam laporan tahunan yang baru saja dirilis, White Helmets menuding bahwa sebanyak 1.337 warga sipil dibunuh di Ghouta Timur pada sepanjang tahun 2017 akibat serangan-serangan yang terus berlanjut oleh pasukan rezim Bashar al-Assad.
Ghouta Timur telah dikepung selama 5 tahun lamanya dan akses kemanusiaan ke kota yang merupakan rumah bagi 400.000 warga sipil tersebut kini telah benar-benar terputus. Ratusan ribu penduduk saat ini sangat membutuhkan bantuan medis.
Dalam 8 bulan terakhir, rezim Bashar al-Assad telah mengintensifkan pengepungan di wilayah Ghouta Timur, sehingga hampir tidak mungkin disalurkannya pasokan makanan dan akses obat-obatan ke distrik tersebut sehingga membuat ribuan pasien dalam kondisi kritis dan memerlukan pengobatan segera.[IZ]