Jakarta (Panjimas.com) – Baru baru ini publik dikejutkan dengan video Pidato Jokowi yang mengomentari beberapa hal mulai dari pernyataan Indonesia “bisa” bubar 2030 sampai sampai urusan kaos “#2019GantiPrasiden”. Tidak seperti biasanya, kali ini Jokowi pidato dengan nada tinggi.
Menurut Politisi Gerindra Sudaryono, Gerakan Nasional 2019 Ganti Presiden Anti Presiden adalah Konstititusional. “Tampaknya Jokowi sedang gusar. Kegusaran itu juga bukan nggak ada sebab. Bayangkan saja, sebagai presiden terpilih yang punya anggaran 2000 triliun setiap tahun selama 3.5 tahun ini belum mendapatkan dukungan rakyat secara mutlak. Masih banyak kebijakannya sana sini yang menuai kritik dan demonstrasi.”
Bahkan, lanjut Sudaryono, dengan dikuasainya hampir semua media mainstream dan kekuasaan eksekutif di tangannya, Jokowo masih juga mendapatkan kritikan dan protes, bahkan demonstrasi dari rakyatnya. Beberapa yang vokal baik itu aktivis sosial media sampai ulama menjadi tersangka dalam apa yang mereka sedang bangun persepsi dengan kampanye anti HOAX.
“Kali ini Jokowi terlihat sangat ingin sekali menjadi presiden satu periode lagi. Padahal apa yang dijadikan strateginya relatif masih sama yaitu pencitraan dan survei. Hasil survei yang di publikasi juga sama seperti yang lalu lalu. Hasilnya selalu Jokowi jauh diatas Prabowo.
Dengan kondisi seperti itu, sudah sepatutnya, dan secara logika kan harus nya, Jokowi cukup bilang “Nggak Mikiiirrr”. Sama seperti yang selalu dia bilang menjelang pemilu 2014 walaupun kenyataannya dia mikirin banget.” Nggak perlu dong gusar seperti sekarang ini.
“Kalau semua program bagus semua pembangunan dirasakan, janji janjinya semua terpenuhi, Jokowi nggak perlu gusar. Karena rakyat pasti akan dukung Jokowi lagi,” kata Sudaryono.
Masalah besar bagi Jokowi adalah apa yang dia janjikan tidak terealisasi, atau bahkan beberapa point malah kebalikannya. Oleh karenanya, rakyat marah, rakyat kecewa, rakyat inginkan perubahan. Lantas apa yang dilakukan oleh rakyat yang kecewa? Ganti Presiden 2019. Dengan berbagai upaya tentunya. Salah satunya dengan membuat kaos dengan tulisan #2019GantiPresiden.
Apakah ini makar? “Tentu saja tidak. Karena Gerakan Nasional 2019 Ganti Presiden adalah gerakan konstitusional dengan kotak suara. Memang kaos tidak bisa mengganti presiden, namun jika sebagian besar rakyat membeli dan memakai kaos itu, kelar sudah acara pemilu 2019 dengan hasil kekalahan bagi Jokowi.“
“Yang membuat Jokowi lebih panik lagi adalah hasil survey yang kredibel dan sangat bisa dipercaya dan survei ini tidak dipublikasikan. Elektabilitas Jokowi jeblok di angka 24 persen saat ini. Itu artinya, angka 24 persen bagi seorang incumbent adalah jaminan bahwa jokowi tidak akan terpilih lagi,” ungkap Sudarsono. (ass)