JOHANNESBURG, (Panjimas.com) – Pemerintah Afrika Selatan baru-baru ini mengutuk insiden kekerasan terbaru yang dilakukan oleh pasukan bersenjata Israel di wilayah Jalur Gaza Palestina yang merenggut belasan nyawa warga Palestina, Rabu (03/04)
Dalam pernyataannya, Menteri Luar Negeri Afsel, Lindiwe Sisulu mengatakan tindakan pasukan bersenjata Israel menghadirkan hambatan lain untuk resolusi permanen terhadap konflik Israel-Palestina.
“Afrika Selatan mengulangi pandangannya bahwa Angkatan Pertahanan Israel harus mundur dari Jalur Gaza dan mengakhiri serangan kekerasan dan operasi merusaknya di wilayah Palestina,” pungkas Sisulu, dikutip dari AA.
Hingga Sabtu (07/04), Tentara Israel telah membunuh 31 warga Palestina dan melukai 2.850 korban lainnya.
Pemerintah Afrika Selatan juga menyerukan penyelidikan independen atas kematian puluhan warga Palestina itu.
“Afrika Selatan menyelaraskan diri dengan anggota-anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang menyerukan penyelidikan independen atas pembunuhan itu, dengan maksud untuk memegang pertanggungjawaban mereka yang bertanggung jawab,” tulis pernyataan Kemlu Afsel.
Warga Palestina di Gaza mengadakan aksi demonstrasi selama 6 pekan di sepanjang perbatasan yang akan memuncak pada tanggal 15 Mei. Hari itu akan menandai peringatan 70 tahun pendirian negara Israel – sebuah acara yang disebut oleh warga Palestina sebagai peristiwa “Nakba” atau “Bencana”.
Menanggapi banyaknya korban jiwa dan luka dalam Aksi “Great Return March”, Presiden Palestina Mahmoud Abbas menyatakan hari Sabtu sebagai hari berkabung nasional atas kematian belasan warga Palestina, Jumat (30/03).
Para demonstran menuntut agar para pengungsi Palestina diizinkan mendapatkan hak-haknya untuk pulang kembali ke kota-kota dan desa-desa yang keluarga mereka diami saat terpaksa melarikan diri, atau diusir dari tanah miliknya, saat negara Yahudi Israel dideklarasikan pada tahun 1948.
Sejak Jumat pagi, puluhan ribu warga Gaza berkumpul di perbatasan Timur Gaza sepanjang 45 kilometer yang berbasan dengan Israel untuk menegaskan kembali hak-hak mereka untuk pulang kembali ke rumah leluhur dan tanah air mereka di Palestina yang bersejarah.
Puluhan ribu warga Palestina di Jalur Gaza, Jumat (30/03) lalu berkumpul di wilayah perbatasan Timur Gaza dengan Israel, di mana mereka menggelar aksi unjuk rasa “Great Return March” [Gerakan Pulang Raya] dalam rangka menegaskan kembali hak-hak mereka untuk kembali pulang ke rumah leluhur dan tanah air mereka di Palestina yang bersejarah.
Aksi demonstrasi massal Jumat (30/03) itu juga dimaksudkan untuk menekan Israel agar segera mencabut blokade terhadap wilayah pesisir Gaza yang sudah berlangsung selama lebih dari satu dekade.
Aksi ini didukung oleh hampir semua faksi politik Palestina, yang telah berulang kali menekankan bahwa kegiatan ini merupakan aksi damai.
Para aktivis Palestina menggambarkan kamp-kamp dan tenda-tenda perkemahan itu sebagai “titik pementasan untuk kami kembali ke tanah air dari mana kami diusir pada 1948”, dikutip dari Anadolu.[IZ]