YERUSALEM, (Panjimas.com) – Seorang juru bicara Militer Israel menggunakan fatwa Ulama Arab Saudi untuk mendesak warga Palestina agar tidak turut berpartisipasi dalam aksi protes terhadap pendudukan Israel.
Dalam sebuah rekaman video yang muncul di media sosial, Senin (02/04), Avichay Adraee mengutip fatwa Sheikh Saleh al-Fawzan, seorang anggota Dewan Ulama Senior di Arab Saudi, yang mengatakan bahwa aksi demonstrasi dan aksi ‘sit-in” [duduki] “tidak ada hubungannya dengan etika Muslim” dan “Karakteristik kafir dan rasa anarki serta kekacauan yang tidak ditoleransi oleh Islam”, dilansir dari Anadolu.
Adraee menyebutkan bahwa aksi “Great March of Return” yang diselenggarakan oleh warga P alestina untuk memperingati Hari Tanah ke-42 sebagai “Chaos Walk”[Aksi Jalan Kaki Kekacauan].
Hari Tanah ke-42
Dijuluki “Great Return March”, Aksi demonstrasi Jumat di Jalur Gaza juga bertepatan dengan “Hari Tanah ke-42”, memperingati pembunuhan 6 warga Palestina oleh pasukan Israel pada tahun 1976.
Pada tanggal 30 Maret tahun 1976, warga Palestina di wilayah Galilea Utara berdemonstrasi menentang perampasan Israel atas tanah-tanah Arab yang luas, yang mendorong pasukan Israel memasuki wilayah itu dengan kekuatan militernya.
Aksi demonstrasi pertama kali meletus di kota Deir Hanna, yang sebelumnya menjadi sasaran penindasan brutal oleh pasukan polisi Israel.
Hal ini kemudian diikuti oleh rentetan aksi protes lebih lanjut di kota Arrabeh, di mana seorang warga Palestina gugur – dan lusinan korban lainnya terluka – oleh serangan pasukan Israel.
Kematian warga Palestina memicu aksi demonstrasi luas – dan bentrokan dengan pasukan Israel – di beberapa komunitas Arab lainnya, di mana kemudian 6 warga Palestina lainnya terbunuh pada tahun 1976.[IZ]