Jakarta (Panjimas.com) – Asosiasi Silat Tradisi Betawi lndonesia (ASTRABl) menggelar workshop Videografi Silat Tradisi di Hall Bulutangkis Cendrawasih, Cengkareng, Jakarta Barat, Ahad (1/4) . Workshop yang dibuka oleh Ketua Umum Lembaga Kebudayaan Betawi (LKB) Becky Mardani ini diikuti oleh 32 perguruan silat tradisi dari berbagai aliran yang bernaung di bawah payung Astrabi.
Workshop diisi oleh praktisi pertelevisian nasional, Yusron Sjarif, M. Sayadi (membahas pembuatan video jurnalistik), Drs. H. Parso Adiyanto, MM. MBA, praktisi silat yang pernah menangani penataan musik dan koreografi tim silat lndonesia pada kejuaraan Seni Pencak Silat internasional di Belgia, Belanda dan Thailand.
Selanjutnya , para peserta akan ditantang untuk membuat sebuah sajian silat standar festival atau lomba yang akan digelar Juli nanti dengan hadiah total 30 juta rupiah. . Lima kreasi terbaik akan diberangkatkan untuk mengikuti ajang Festival Silat Tradisional di Bandung pada Oktober 2018 mendatang.
Ketua Umum Astrabi Anwar Al-Batawi dalam sambutannya mengatakan, sebagai bagian dari warisan budaya Indonesia, silat tradisi memiliki ciri khas dan keunikan tersendiri. Jurus-jurus dalam berbagai aliran silat tradisi seringkali nampak sederhana, namun sangat efektif dan berbahaya dalam aplikasinya.
Berbagai teknik serangan, tepisan (kelit) sekaligus mematahkan serangan maupun teknik kuncian hampir bisa dipastikan mengarah pada daerah vital lawan. Sehingga wajar bila silat tradisi sulit masuk jenjang prestasi alias tidak dipertandingkan. Satu-satunya cara agar silat tradisi tetap dikenal dan mendapat tempat di hati masyarakat adalah lewat ajang Festival Silat Kreasi.
“Namun minimnya pengetahuan dalam bidang koreografi, komposisi musik dan penyajian festival membuat tampilan mereka seringkali tidak maksimal bahkan cenderung ala kadarnya,” kata bang Anwar.
Menurut Anwar, silat tradisi harus mau berubah sesuai tuntutan dan perkembangan zaman. Peningkatan kualitas SDM, manajemen organisasi maupun kualitas kemasan produk menjadi syarat mutlak bagi setiap aliran silat tradisi dalam mensiasati serangan seni beladiri impor.
“Para praktisi silat juga harus mampu memanfaatkan teknologi dalam konteks memasarkan produknya. Itu sebabnya disamping materi penyajian silat untuk festival, workshop kali ini juga diisi praktek video jurnalistik lewat smartphone. Mulai dari merekam, editing, pengisian suara, narasi maupun musik latarnya. Harapan kami, para praktisi silat tradisi mampu memasarkan produk silatnya secara apik lewat media sosial seperti Youtube, instagram, facebook dli,”ungkap Anwar.
Lahirnya Perda DKI no.4/2015 tentang Pelestarian Kebudayaan Betawi dan Pergub no.229/2016 tentang Penyelenggaraan Pelestarian Kebudayaan Betawi ikut melatarbelakangi penyelenggaraan workshop ini.
“Aplikasi dari Perda DKI nad/2015 dan Pergub DKI no.229/2016 membutuhkan kesiapan dari para pelaku seni budaya, termasuk praktisi silat tradisi. LKB menyambut baik upaya yang dilakukan ASTRABI lewat event semacam ini,” kata Beky Mardani, Ketua Lembaga Kebudayaan Betawi (LKB).
”Konsistensi ASTRABI dalam meningkatkan kualitas seni silat tradisi lewat workshop ini sangat kami apresiasi. Hal ini membuktikan bahwa upaya pelestarian harus paralel dengan peningkatan kualitas,” tandasnya.
Sekilas Astrabi
Asosiasi Silat Tradisi Betawi lndonesia (ASTRABI) adalah Organisasi nirlaba beranggotakan sanggar/perguruan/padepokan silat tradisi yang tersebar dari Jakarta, Tangerang, Bekasi, Depok hingga Bogor.
Dideklarasikan pada 7 Agustus 2016 di Jakarta, asosiasi ini fokus pada pelestarian dan pengembangan silat tradisi dari berbagai aspek. Mulai dari pembenahan manajemen perguruan, peningkatan kualitas SDM dan peningkatan kualitas produk silat tradisi itu sendiri.
Di usianya yang relatif masih belia ini, ASTRABl telah berhasil memberi manfaat bagi anggotanya dengan aktif mengikutsertakan perguruan/padepokan/sanggar pada berbagai ajang festival bergengsi di berbagai daerah, mulai dari, Tangerang, Bogor, Bandung hingga Jogjakarta.
Lewat pembinaan intensif, kehadiran perguruan-perguruan silat dibawah naungan ASTRABI dalam berbagai ajang festival silat, tak hanya terbatas sebagai peserta (partisipan) semata, namun terbukti selalu mampu meraih posisi juara di event tersebut.
Sebagai organisasi yang konsern pada pelestarian dan pengembangan seni dan budaya, ASTRABI yang kini berafiliasi dalam Lembaga Kebudayaan Betawi (LKB) aktif pula menjalin hubungan dengan berbagai lembaga silat di berbagai daerah seperti dengan Masyarakat Pencak Silat indonesia (MASPI) Bandung, Kampung Silat Jampang, Bogor, Forum Pecinta dan Pemerhati Silat Tradisional lndonesia (FPZSTI) Jakarta.
Selain itu, juga banyak organisasi maupun komunitas seni dan budaya lainnya seperti Asosiasi Seniman Tari indonesia (ASETl), Indonesia Blade (IB), Silaturahmi Kumpul Bareng Anak Tenabang (Sikumbang Tenabang), Lembaga Usaha Melestarikan Budaya dan Seni Kota Depok (tumbuk Depok), Gerakan Moral Silaturahim Pelestari Silat Budaya Betawi Bekasi (GM Bekasi), Tatar Siliwangi Jiwa Pasundan (TASJIDAN) Karawang dan lain-lain. (ass)