GAZA, (Panjimas.com) – Sedikitnya 14 warga Palestina gugur menjadi martir akibat rentetan tembakan tentara Israel Jumat (30/03) lalu sementara paling tidak sekitar 1.500 korban lainnya menderita luka-luka dalam aksi gerakan “Pulang Raya” [Great Return March] yang digelar di dekat perbatasan Timur Jalur Gaza dengan Israel, demikian menurut laporan Kementerian Kesehatan Palestina.
“Sejak Jumat pagi, rumah sakit Gaza telah menerima jenazah setidaknya 14 syuhada,” ujar juru bicara Kementerian Kesehatan Ashraf al-Qidra, dikutip dari Anadolu.
Al-Qidra mengidentifikasi warga Palestina yang dibunuh pasukan zionis Israel sebagai berikut ; Mohammed Kamal al-Najjar; Mahmoud Abu Muammar; Mohamed Abu Omar; Jihad Freina; Ahmed Ibrahim Odeh; Mahmoud Rahmi; Ibrahim Abu Shaar; Abdul-Fattah Bahjat; Abdulkader Hawajre; Sari Abu Odeh; dan Hamdan Abu Amsheh.
“Rumah sakit Gaza juga telah menerima 1.500 pengunjuk rasa yang terluka dari seluruh wilayah Jalur Gaza,” imbuh al-Qidra.
Presiden Palestina Mahmoud Abbas menyatakan hari Sabtu tanggal 31 Maret 2018 sebagai hari berkabung nasional untuk menghormati para martir syuhada Palestina, demikian menurut kantor berita resmi pemerintah Palestina, WAFA.
Sementara itu pemerintah Palestina mengutuk keras “serangan pasukan Israel yang tidak proporsional”, Otoritas Paletina juga mendesak komunitas internasional untuk membantu menghentikan pertumpahan darah.
Sejak Jumat pagi, puluhan ribu warga Gaza berkumpul di perbatasan Timur Gaza sepanjang 45 kilometer yang berbasan dengan Israel untuk menegaskan kembali hak-hak mereka untuk pulang kembali ke rumah leluhur dan tanah air mereka di Palestina yang bersejarah.
Puluhan ribu warga Palestina di Jalur Gaza, Jumat (30/03) lalu berkumpul di wilayah perbatasan Timur Gaza dengan Israel, di mana mereka menggelar aksi unjuk rasa “Great Return March” [Gerakan Pulang Raya] dalam rangka menegaskan kembali hak-hak mereka untuk kembali pulang ke rumah leluhur dan tanah air mereka di Palestina yang bersejarah.
Aksi demonstrasi massal Jumat (30/03) itu juga dimaksudkan untuk menekan Israel agar segera mencabut blokade terhadap wilayah pesisir Gaza yang sudah berlangsung selama lebih dari satu dekade.
Aksi ini didukung oleh hampir semua faksi politik Palestina, yang telah berulang kali menekankan bahwa kegiatan ini merupakan aksi damai.
Para aktivis Palestina menggambarkan kamp-kamp dan tenda-tenda perkemahan itu sebagai “titik pementasan untuk kami kembali ke tanah air dari mana kami diusir pada 1948”, dikutip dari Anadolu,
Meskipun aksi ini merupakan aksi damai, namun pasukan Israel menanggapinya dengan brutal hingga paling tidak 14 warga Palestina gugur menjadi martir akibat tindakan kejam dan brutal Militer Israel.
Hari Tanah ke-42
Dijuluki “Great Return March”, Aksi demonstrasi Jumat di Jalur Gaza juga bertepatan dengan “Hari Tanah ke-42”, memperingati pembunuhan 6 warga Palestina oleh pasukan Israel pada tahun 1976.
Pada tanggal 30 Maret tahun 1976, warga Palestina di wilayah Galilea Utara berdemonstrasi menentang perampasan Israel atas tanah-tanah Arab yang luas, yang mendorong pasukan Israel memasuki wilayah itu dengan kekuatan militernya.
Aksi demonstrasi pertama kali meletus di kota Deir Hanna, yang sebelumnya menjadi sasaran penindasan brutal oleh pasukan polisi Israel.
Hal ini kemudian diikuti oleh rentetan aksi protes lebih lanjut di kota Arrabeh, di mana seorang warga Palestina gugur – dan lusinan korban lainnya terluka – oleh serangan pasukan Israel.
Kematian warga Palestina memicu aksi demonstrasi luas – dan bentrokan dengan pasukan Israel – di beberapa komunitas Arab lainnya, di mana kemudian 6 warga Palestina lainnya terbunuh pada tahun 1976.[IZ]