KAIRO, (Panjimas.com) – Abdel Fattah el-Sisi baru saja memenangkan pemilihan presiden Mesir, demikian menurut hasil awal yang dilaporkan oleh sejumlah media pemerintah. Hasil yang dirilisi media pemerintah Mesir menunjukkan bahwa mantan Jenderal Angkatan Darat itu meraih 92 persen suara.
Kantor berita MENA, surat kabar pemerintah al-Ahram dan Akhbar el-Youm mengatakan pada hari Kamis (29/03) bahwa sebanyak 23 juta dari total 60 juta pemilih terdaftar – 40 persen – ternyata memberikan suara selama tiga hari pemungutan suara yang berakhir di hari Rabu (28/03).
Pesaing El-Sisi, Mousa Mostafa Mousa, mendaftar sebagai calon presiden hanya selang beberapa jam sebelum tenggat waktu pencalonan berakhir, Ia meraih 721.000 suara, menurut al-Ahram.
Mousa sebelumnya mendukung Sisi untuk masa jabatan kedua, dan partainya Ghad secara resmi telah mendukung Presiden Sisi selang 10 hari sebelum dirinya mengumumkan pencalonannya.
Mousa terus membantah tuduhan bahwa pencalonannya digunakan untuk menghadirkan persaingan palsu.
Sementara itu, 2 juta suara dianggap tidak sah, karena para pemilih tersebut telah menulis nama-nama kandidat yang tidak disetujui di dalam surat suara mereka.
Presiden As-Sisi sebelumnya meraup 96,0 persen suara dalam pemilihan pertamanya pada tahun 2014, setahun setelah Mohamed Morsi yang berasal dari Ikhwanul Muslimin, digulingkan sebagai presiden melalui kudeta militer berdarah.
Pihak berwenang khawatir bahwa jumlah pemilih akan rendah, dan terdapat laporan bahwa para pemilih ditawarkan setara dengan $3 dollar untuk memberikan suara mereka.
Menurut Hashem Ahelbarra dari Al Jazeera, truk-truk terlihat membagikan kantong gula, minyak goreng, dan beras kepada warga sipil yang tinggal di daerah miskin.
“Tantangan terbesar baginya [el-Sisi] adalah ekonomi,” ujar Mohamed Elmasry, seorang analis politik saat diwawancarai Al Jazeera.
“Hidup untuk rata-rata rakyat Mesir menjadi sangat sulit karena inflasi telah meningkat secara dramatis”, imbuhnya.
Ada juga masalah keamanan, karena Sisi sedang memerangi kelompok yang terkait dengan “Islamic State of Iraq and Levant” (ISIL, juga dikenal sebagai ISIS) di wilayah Semenanjung Sinai.[IZ]