GAZA, (Panjimas.com) – Brigade Izzuddin al-Qassam, sayap bersenjata organisasi perlawanan Palestina, Hamas, pada hari Ahad (25/03) meluncurkan latihan militer di wilayah Jalur Gaza.
Ratusan anggota Brigade Al-Qassam dikerahkan di seluruh wilayah Palestina, demikian menurut koresponden Anadolu di Gaza.
Tidak ada rincian lebih lanjut tentang sifat latihan militer Brigade Izzuddin al-Qassam ini.
“Latihan telah direncanakan sebelumnya,” jelas Hamas dalam pernyataan pada hari Sabtu (24/03), tanpa memberikan rincian apapun.
Pelatihan militer itu dilakukan hanya selang satu hari setelah pesawat tempur Israel menyerang posisi Hamas di Jalur Gaza bagian Selatan, serangan Israel itu tidak menimbulkan korban jiwa.
Strategi Perang Terowongan Mujahidin Al Qassam
Awal Februari tahun 2016 lalu, berdasarkan pantauan Panjimas, seorang kolumnis Al Jazeera, Dr. Adnan Abu Amer mengungkap sebuah analisa mengejutkan terkait dengan perkembangan terbaru strategi mujahidin Brigade Al Qassam melawan pasukan zionis Israel, dalam sebuah artikelnya “Gaza’s Tunnels: The Future Battlefield”.
Dalam analisanya, Dr. Adnan Abu Amer menyebutkan bahwa ‘Tunnel War’ adalah perang masa depan di Gaza, karena perang dengan metode penggalian terowongan bawah tanah merupakan salah satu metode militer yang paling penting dan berbahaya dalam perlawanan menghadapi tentara Israel.
Selain menjadi momok menakutkan bagi tentara Israel, strategi perang menggunakan terowongan bawah tanah ini juga menghantui para pemukim illegal Yahudi.
“Metode penggalian terowongan bawah tanah juga merupakan strategi andalan dari Mujahidin Brigade Al Qassam”, pungkasnya. Lebih lanjut Dr. Adnan melanjutkan bahwa Tunnel War merupakan ancaman krisis besar bagi institusi militer Israel.
Menyoal berbahayanya metode ‘Tunnel War’, Mantan sejarawan militer dan mantan Kepala Dewan Keamanan Nasional, Shaul Shay, mengatakan bahwa “Cepat atau lambat, metode terowongan bawah tanah akan menjadi masalah utama yang dihadapi oleh tentara Israel berdasarkan pengalaman sejarah.”
Sejarawan militer ini mencontohkan kegagalan pasukan Amerika di Vietnam untuk menghadapi tantangan dari terowongan-terowongan yang digunakan oleh tentara Vietkong di Vietnam selatan.
Ketakutan dan ancaman krisis besar militer ini ditunjukkan dengan adanya kerjasama penelitian militer terbaru oleh Israel dan Amerika Serikat, tentang proyek identifikasi terowongan bawah tanah di Gaza.
Seperti diberitakan Panjimas sebelumnya Director of Political-Military Affairs (Direktur Hubungan Politik dan Militer) di Kementerian Pertahanan Israel, Amos Gilad mengungkapkan hari selasa (02/02/2016) bahwa Amerika Serikat telah memberikan kontribusi bantuan dana lebih dari $ 100 juta dollar untuk sebuah teknologi proyek penelitian bersama AS-Israel yangnbertujuan mengidentifikasi dan menemukan lokasi terowongan bawah tanah di perbatasan Jalur Gaza.
Mengutip Israel Channel 10, yang sebelumnya menunjukkan hasil interview-nya pada hari Sabtu (30/01/2016) terkait dengan strategi mujahidin Al Qassam yang bahkan menghantui para pemukim illegal Yahudi, dimana mereka sangat khawatir dan cemas ketika mendengar ada suara-suara penggalian di bawah rumah-rumah mereka dijalur Gaza.
Roni Daniel, Koresponden militer untuk Israel TV Channel 2, mengatakan “Tampaknya kita (Israel) telah kalah dalam perang kecerdasan melawan Hamas”. “Dia bahkan menuduh analis militer Israel menjadi sangat lamban dan terlalu terlambat dalam mencari solusi teknologi dan solusi lapangan untuk masalah tunnel war”, ujarnya.
Metode ‘Tunnel War’’ memainkan peran paling penting dalam melelahkan tentara Israel dan menimbulkan kerugian besar nyawa dan peralatan militer dengan cara serangan yang mengejutkan pasukan elit dan menyebabkan mereka kalah dan putus asa dalam beberapa area seperti : Al-Tufah, Al-Shujaiyeh, bagian timur Khan Yunis, Rafah dan Beit Hanoun.
Pasukan Israel juga menderita di belakang garis musuh dalam operasi khusus yang dieksekusi oleh pasukan perlawanan mujahidin Al-Qassam melalui terowongan menengah yang diarahkan pada sasaran militer di permukiman dan daerah dekat dengan Jalur Gaza. Operasi ini mengakibatkan banyak kematian dan cedera serius bagi banyak tentara Israel.[IZ]