JAMBI, (Panjimas.com) – Berbahagia dan bersyukurlah anda yang tinggal di perkotaan dan masih mendapat rezeki berupa gaji yang layak dari pekerjaan dan usaha kita kerjakan. Betapa tidak nun jauh disana yang berjarak ratusan kilo meter dari kota besar seperti Jakarta dan kota kota lainnya, tepatnya di Dusun Nyogan, Muara Jambi Provinsi Jambi ada orang orang yang tulus mengabdi dan berjuang mendidik anak-anak bangsa calon penerus generasi yang akan datang.
Mereka bekerja sebagai guru dan tenaga pendidik di Sekolah Dasar (SD) yang ada disana dan hanya mendapat upah atau gaji sebesar 150 ribu rupiah perbulan. Yah mereka, bu Demar dan 5 orang guru lainnya yang menjadi guru di Sekolah Dasar (SD) Negeri Nyogan Sugandi, Muara Jambi Provinsi Jambi adalah guru guru yang mengajar para anak anak di pedalaman hutan derah Suku Anak Dalam, Muara Jambi Provinsi Jambi.
Reporter Panjimas berkesempatan untuk bertemu dan mewancarai Pahlawan Tanpa Tanda Jasa ini di sekolah mereka pada saat acara pembacaan ikrar syahadat dan pemberian santunan untuk Suku Anak Dalam yang dilakukan oleh Front Pembela Islam (FPI) dan Yayasan Darul Rizki Pratama (DRP) pada Jumat (24/3) lalu di Dusun Nyogan Kabupaten Muara Jambi, Provinsi Jambi.
“Saya masuk ke sekolah ini dan mengajar disini dari sekitar 8 tahun yang lalu karena kasian pak, kalau disini anak-anaknya tidak pada sekolah dan tidak bisa membaca dan menulis. Maka saya mengabdi disini sebagai guru untuk anak suku anak dalam,” kata bu Demar memulai pembicaraan untuk alasan dirinya menjadi guru di desa pedalaman suku terpencil itu.
Pertama kali dirinya menjadi guru di SD Nyogan Sugandi saat itu tahun 2010 dia tidak mendapat gaji sepeserpun alias tidak ada yang mengajih dan itu berlangsung hampir setahun lamanya. Itu artinya selama setahun lebih dirinya dan berapa orang guru guru lainnya harus mengajar anak anak Suku Anak Dalam tanpa bayaran alias tulus ikhlas tanpa pamrih dalam mendidik anak anak bangsa penerus generasi bangsa di masa yang akan datang.
“Setelah setahun mengajar tanpa dibayar, barulah kami disini mendapat bantuan dari pemerintah dan kami dapat bayaran 150 ribu perbulan, pak,” tutur bu Demar kepada Panjimas.
Karena sekolah mereka yang berada jauh dipedalaman hutan dan murid muridnya adalah sebagian besar dari anak-anak yang ada di Suku Anak Dalam Jambi maka sekolah mereka terkendala berbagai fasitas dan sarana prasarana untuk belajar namun tidak sedikitpun menyurutkan semangat mereka itu untuk terus menuntut ilmu dan belajar memperdalam ilmu pengetahuan umum dan agama.
“Saya perihatin dan merasa terpanggil untuk mengabdi di kampung saya ini karena anak-anak disini butuh sekali pendidikan dan mereka begitu bersemangat untuk sekolah mengejar ilmu untuk masa depannya kelak, maka saya melakukan pengabdian disini,” pungkas bu Demar. [ES]