BOGOR, (Panjimas.com) – Jika ada pejabat yang belum menepati janji-janjinya kemudian ingin membuat janji lagi untuk masa jabatan berikutnya maka itulah seburuk-buruknya pejabat.
“Dia dibayang-bayangi kerakusan, sudah tidak mampu, tidak menepati janji, kemudian ingin lagi, itu seburuk-buruknya pejabat,” ujar Prof Dr KH Didin Hafidhuddin dalam sebuah kajian di Masjid Al Hijri II, Universitas Ibnu Khaldun (UIKA) Kota Bogor, Sabtu (24.3).
Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) itu mengungkapkan, sikap tidak amanah tersebut pernah digambarkan dalam salah satu peristiwa Isra Mi’raj, dimana ada orang sudah memikul beban berat tapi ingin terus ditambah bebannya. Seseorang yang sangat banyak tugasnya hingga tidak mampu dilaksanakannya, tetapi ia masih menambah lagi dengan pekerjaan yang lain.
“Itu seperti yang disebut Amilatun Nasibah di dalam surat Al Ghashiyah, orang yang kelelahan tapi tidak ada hasilnya di sisi Allah, bahkan ia terancam api neraka,” ungkap Kyai Didin.
“Jadi belum apa-apa dia sudah berpikir bagaimana jabatannya ke depan, saat dilantik jabatan pertama dia sudah berpikir ingin jabatan kedua. Nah itu yang membahayakan karena sudah dikendalikan oleh setan, akhirnya segala macam cara dia gunakan untuk memperpanjang jabatannya,” tandasnya.
Sementara bagi orang beriman, ia tidak mau bersikap seperti itu. Dia harus tuntaskan dulu amanahnya, dia akan memelihara amanah dengan sebaik-baiknya. “Dia akan maksimalkan dulu pengabdiannya, karena dia harus membuktikan diri dulu dalam melaksanakan setiap janjinya,” pungkas Kyai Haji Didin Hafidhuddin. [ES]