IDLIB, (Panjimas.com) – Setidaknya tujuh nyawa melayang akibat ledakan bom mobil di kota Idlib, Suriah bagian Barat Laut, Sabtu (24/03), menurut seorang pejabat pertahanan sipil setempat.
Pemboman itu terjadi di dekat sebuah rumah sakit di pusat kota Idlib, ujar Mustafa Haj Yousuf, Direktur Badan Pertahanan Sipil ‘White Helmets’ di Idlib, dikutip dari AA.
Yousuf mengatakan tujuh korban tewas dan 25 lainnya luka-luka dalam serangan itu.
Tidak ada klaim pihak yang bertanggung jawab atas pemboman itu.
Haj Yousuf mengatakan tim pertahanan sipil bergegas untuk memindahkan para korban terluka ke rumah sakit terdekat untuk segera mendapatkan perawatan.
Wilayah Idlib berada dalam jaringan zona de-eskalasi yang disokong oleh Turki, Rusia, dan Iran – di mana tindakan agresi militer dilarang secara eksplisit.
Selama pembicaraan damai di ibukota Kazakhstan, Astana, tiga negara penjamin, Turki, Iran dan Rusia, sepakat untuk menetapkan zona de-eskalasi di Idlib dan di beberapa bagian Provinsi Aleppo, Latakia dan Hama.
Idlib, yang terletak di Suriah bagian Barat Laut di perbatasan Turki, menghadapi serangan hebat yang dilancarkan rezim Assad setelah perang berkecamuk yang dimulai pada tahun 2011.
Sejak Maret 2015, Idlib tidak lagi berada di bawah kendali rezim Assad dan didominasi oleh kelompok oposisi militer dan organisasi bersenjata anti-rezim Assad.
Sejak awal 2011, Suriah telah menjadi medan pertempuran, ketika rezim Assad menumpas aksi protes pro-demokrasi dengan keganasan tak terduga — aksi protes itu 2011 itu adalah bagian dari rentetan peristiwa pemberontakan “Musim Semi Arab” [Arab Spring].
Sejak saat itu, lebih dari seperempat juta orang telah tewas dan lebih dari 10 juta penduduk Suriah terpaksa mengungsi, menurut laporan PBB.
Sementara itu Lembaga Pusat Penelitian Kebijakan Suriah (Syrian Center for Policy Research, SCPR) menyebutkan bahwa total korban tewas akibat konflik lima tahun di Suriah telah mencapai angka lebih dari 470.000 jiwa. [IZ]