KAIRO, (Panjimas.com) – Setidaknya seorang korban tewas dalam ledakan bom di kota pesisir pantai Mesir, Alexandria, Sabtu (24/03), demikian menurut Kementerian Dalam Negeri.
Sebuah perangkat bom rakitan yang diletakkan di bawah sebuah mobil yang diparkir meledak saat konvoi Kepala Keamanan Alexandria melewati jalanan Kamp Roma, di sebelah Timur kota Alexandria,menurut Kemendagri Mesir dalam pernyataannya, dikutip dari AA.
Empat korban luka-luka dalam serangan itu.
Tidak ada klaim pihak yang mengakui bertanggung jawab atas insiden pemboman itu.
Serangan Sabtu (24/03) itu datang selang dua hari sebelum warga Mesir mulai memberikan suara dalam pemilihan presiden negara itu, di mana Presiden Abdel-Fattah al-Sisi diprediksi akan memenangkan pilpres.
Kementerian Dalam Negeri Mesir sebelumnya telah mengumumkan situasi “siaga tinggi” menjelang pemilihan presiden yang dijadwalkan pekan depan, demikian menurut sumber keamanan Mesir, Rabu (21/03).
Menteri Dalam Negeri Magdi Abdel Ghaffar telah menginstruksikan badan-badan keamanan untuk mempertahankan kewaspadaan tinggi dengan tujuan untuk mengamankan lebih dari 11.000 tempat pemungutan suara dan kantor-kantor nasional.
Sumber keamanan yang sama, secara anonim mengatakan bahwa semua liburan untuk para petugas polisi dan petugas keamanan telah dibatalkan sampai pemungutan suara selesai.
Menteri Dalam Negeri Mesir, sebagaimana disebutkan sumber keamanan, juga memerintahkan pihak berwenang untuk memperkuat pos-pos pemeriksaan militer di seluruh negeri dan meningkatkan keamanan di penyeberangan perbatasan Mesir.
Pada tanggal 26 sampai 28 Maret, pemilihan presiden akan mempertarungkan antara Presiden Abdel Fattah al-Sisi menghadapi Musa Mustafa Musa, pemimpin partai liberal yang kurang dikenal.
Sebagian besar pengamat memprediksi Abdel Fatah al-Sisi akan menang dengan telak.
Pemilihan Presiden Mesir dijadwalkan berlangsung mulai 26-28 Maret 2018 mendatang.
Mantan Jenderal Angkatan Darat tersebut naik tahta menjadi Presiden mulai 8 Juni 2014.
Al-Sisi dikenal luas mengenai peran sentralnya dalam kudeta militer berdarah 2013, yang berakibat penggulingan dan pemenjaraan Presiden Mohamed Morsi.[IZ]