KAIRO, (Panjimas.com) – Kementerian Dalam Negeri Mesir baru-baru ini mengumumkan situasi “siaga tinggi” menjelang pemilihan presiden yang dijadwalkan pekan depan, demikian menurut sumber keamanan Mesir, Rabu (21/03).
Menteri Dalam Negeri Magdi Abdel Ghaffar telah menginstruksikan badan-badan keamanan untuk mempertahankan kewaspadaan tinggi dengan tujuan untuk mengamankan lebih dari 11.000 tempat pemungutan suara dan kantor-kantor nasional.
Sumber keamanan yang sama, secara anonim mengatakan bahwa semua liburan untuk para petugas polisi dan petugas keamanan telah dibatalkan sampai pemungutan suara selesai.
Menteri Dalam Negeri Mesir, sebagaimana disebutkan sumber keamanan, juga memerintahkan pihak berwenang untuk memperkuat pos-pos pemeriksaan militer di seluruh negeri dan meningkatkan keamanan di penyeberangan perbatasan Mesir.
Pada tanggal 26 sampai 28 Maret, pemilihan presiden akan mempertarungkan antara Presiden Abdel Fattah al-Sisi menghadapi Musa Mustafa Musa, pemimpin partai liberal yang kurang dikenal.
Sebagian besar pengamat memprediksi Abdel Fatah al-Sisi akan menang dengan telak.
Pemilihan Presiden Mesir dijadwalkan berlangsung mulai 26-28 Maret 2018 mendatang.
Mantan Jenderal Angkatan Darat tersebut naik tahta menjadi Presiden mulai 8 Juni 2014.
Al-Sisi dikenal luas mengenai peran sentralnya dalam kudeta militer berdarah 2013, yang berakibat penggulingan dan pemenjaraan Presiden Mohamed Morsi.
Dihalangi Nyapres, Mantan Kastaf Militer Mesir Ditahan
Dalam beberapa pekan menjelang pemilihan presiden, beberapa kandidat calon presiden – termasuk mantan Kepala Staff Militer yang populer – secara efektif dikesampingkan.
Padahal sebelumnya, mantan Kepala Staf Militer Mesir, Sami Anan Sabtu pagi (20/01) juga mengumumkan bahwa dirinya akan turut meramaikan bursa Pilpres Maret mendatang.
Dalam sebuah video yang diunggah melalui akun Facebooknya, Sami Anan mengatakan bahwa dia akan mencalonkan diri dalam pemilihan presiden yang akan datang untuk menyelamatkan Mesir.
Letjen. (Purn). Sami Anan ditahan di penjara militer di Kairo, demikian menurut penuturan pengacaranya, Sabtu (27/01).
Selama 6 hari dia tidak dapat berkomunikasi, setelah ditahan untuk diinterogasi.
Nasir Emin, pengacara Sami Anan mengatakan bahwa dia telah mengunjungi mantan Kepala Staf Militer Mesir itu di penjara militer di Camp Huchstep di Kairo bagian Timur, dikutip dari AA.
Awal bulan ini, Ahmed Shafiq, mantan Perdana Menteri Era Presiden Hosni Mubarak, tiba-tiba mengumumkan bahwa dirinya mengundurkan diri dari pertarungan pilpres mendatang,, dengan mengatakan bahwa Ia “bukan pilihan terbaik untuk mengelola urusan negara dalam periode yang akan datang”.
Sami Anan menjabat sebaga Kepala Staf Militer Mesir selama 2005 hingga akhir 2012. Ia menjabat sebagai salah satu pemimpin tertinggi militer di era Presiden Hosni Mubarak, dan era transisi pada masa AD Interim Plt. Jenderal Mohamed Hussein Tantawi dan Presiden Mohamed Morsi.
Pada tahun 2014, Sami Anan membentuk Partai Arabisme Mesir. dan turut berkontestasi dalam pemilihan Parlemen Mesir tahun 2015.
Sami Anan kemudian menerima nominasi dari Partai Demokrat Arabis Mesir untuk mencalonkan diri dalam pemilihan Presiden Mesir pada tahun 2018.
Pada tanggal 23 Januari 2018 dia ditangkap oleh militer, dengan penjelasan bahwa karena dirinya mantan anggota Dewan Tertinggi Angkatan Bersenjata, Anan harus meminta izin pihak Militer Mesir untuk mencalonkan diri sebagai presiden.
Sami Anan, lahir pada bulan Februari 1948, Ia memegang beberapa jabatan penting di Angkatan Bersenjata Mesir sejak lulus dari Fakultas Pertahanan Udara pada tahun 1967.
Anan turut berpartisipasi dalam Perang Oktober 1973, antara Mesir dan Israel, dan dipromosikan ke beberapa posisi militer, sampai dia menjadi Komandan pasukan Pertahanan Udara, sebelum menjadi Kepala Staf pada tahun 2005.[IZ]