Jakarta (Panjimas.com) – “Saya mencintai kalian karena Allah. Saya senang bisa berada ada di Indonesia, sebuah negara dengan populasi muslim terbesar di negeri ini.” Itulah kalimat pembuka Ceramah Umum Safari Dakwah Syaikh Yusuf Estes di Balai Sudirman, Jakarta, Rabu (21/3) malam.
Yusuf Estes mengenal saudara Shamsi Ali, karena saat menjadi Imam Masjid di New York telah membantu program dakwah di Guade TV, sebuah televisi di AS yang tayang 24 jam setiap hari tanpa iklan. “Setiap jamnya, kita mendengar Alquran dan terjemahnya. Kami bekerjama karena Allah, bukan karena uang atau pengakuan.”
Dalam ceramahnya, Syaikh Yusuf Estes menjelaskan tentang QS. An-Nur. Dikatakan, setiap manusia memiliki fitrahnya sendiri. Kita pun diberikan kebebasan untuk menerima atau menolak cahaya itu. Allah tidak memaksa hamba-hambanya untuk menerima cahaya Islam.
Seperti sabda Rasulullah Saw,”Setiap anak lahir dalam keadaan fitrah. Orang tuanya lah yang menjadikan anak-anaknya menjadi Kristen, Yahudi, dan Majusi.” Karenanya, ketika menerima cahaya Islam, bukanlah karena mengikuti teman, menikah dengan muslim, atau tinggal di wilayah tertentu.
“Jika memilih cahaya Islam, maka hendaknya mengikuti aturan dan hukum Allah. Karena itu, hijab, shalat berjamaah ke masjid, pergi haji jika mampu, bukanlah sebuah pilihan. Itu adalah ajaran Islam yang harus diikuti. Jadi, menerima cahaya atau menolak sama sekali. Inilah konsep luar biasa yang harus kita renungkan.”
Yusuf Estes mengingatkan, Al Qur’an mengajarkan manusia untuk bertaqwa dan jangan mati kecuali dalam keadaan muslim. Juga, janganlah berpecah belah, sesama muslim harus saling menyayangi. Kita harus bersatu untuk memberi kesan Islam yang baik di seluruh dunia. Jangan diantara kita saling menyakiti.
“Di atas ilmu itu ada hikmah atau kearifan. Bicaralah yang baik atau diam. Ilmu yang kita miliki harus berguna bagi orang lain. Ilmu tidak akan berguna jika masih suka menyakiti yang lain.”
Yusuf Estes menyatakan terima kasih kepada non-muslim yang mau datang ke acara ini. “Kalian adalah saudara dari Adam as. Diantara kita saling mencintai. Bukalah pikiran dan hati, mintalah petunjuk kepada Sang Pencipta. Berdoalah agar senantiasa duntuntun oleh-Nya. Akan selalu ada sosok Umar, dari yang buruk menjadi yang terbaik.”
Lebih jauh, Yusuf Estes menyayangkan, jika masih banyak muslim yang kaku dalam berdakwah, hanya teriak tentang haram. Padahal, tidak semudah itu, untuk mengajak sesorang untuk berhijab dan tidak merekok. “Malam ini mari kita buat perjanjian untuk meningkatkan cahaya Islam, dan mencintai karena Allah.”
Disela-sela ceramah umumnya, Yusuf Estes juga menerangkan dirinya sebagai pencinta dan penikmat kopi. Ia juga menceritakan sejarah dibalik kopi. Dulu, kopi datang dari muslim. Orang Yaman suka begadang dan minum kopi. (ass)