KEDIRI (Panjimas.com) – Kasus kejahatan Perbankan pembobolan rekening tabungan pada kartu Anjungan Tunai Mandiri (ATM) menimpa nasabah Bank Rakyat Indonesia (BRI) di Kabupaten Kediri. Puluhan nasabah BRI Unit Ngadiluwih yang menjadi korbannya.
Dedi Kusnadi, Pimpinan Bank BRI Cabang Kediri membenarkan adanya kejahatan pembobolan rekening tabungan melalui ATM milik nasabah. Pihaknya telah mendata nasabah yang menjadi korban guna melakukan pengkajian untuk dilaporkan ke kantor pusat.
Kejahatan ini adalah Skimming yakni penyadapan data nasabah yang diduga bocor saat transaksi di kartu ATM. Berdasarkan keterangan korban yang menerima pesan singkat nilai transaksi tidak dalam bilangan bulat yakni ada tiga angka dibelakang koma (Bank Konversi). Hal itu memperkuat asumsinya yang menduga jika kejahatan ini dilakukan diluar negeri.
Kejadian ini telah dilaporkan ke kantor pusat dan mengenai angka dibelakang koma saat penarikan itu adalah konversi kurs dollar atau mata uang asing lainnya yang diduga penarikan dana dilakukan di luar negeri.
Polisi turun menyelidiki kasus dugaan pembobolan tabungan milik puluhan nasabah Bank BRI Unit Ngadiluwih, Kabupaten Kediri, yang diduga dilakukan sindikat luar negeri. Terbaru, jumlah nasabah di kantor unit cabang Ngadiluwih yang dirugikan bertambah 16 orang lagi menjadi 33 nasabah
Kapolres Kediri, AKBP Erick Hermawan mengatakan pihaknya telah mengantongi data nasabah yang mengalami pengurangan saldo tabungan. Pihaknya belum dapat memastikan berapa jumlah total nominal pada seluruh nasabah.”Sesuai data dari kami ada 33 nasabah, mengenai jumlah belum dirinci,” tuturnya, Selasa (13/3/2018).
Informasinya, tidak semudah itu untuk meretas data nasabah Bank. Apalagi, kumpulan data nasabah itu sangat terlindungi dari akses luar (secret). Hampir tidak mungkin data nasabah dapat bocor ke publik. Pasalnya, data-data nasabah tersebut dilindungi oleh sistem keamanan Bank (Private Network) seperti fungsi Firewall yang mengakomodir dan melindungi data dari serangan pihak luar. Saking terjaga rahasianya, hanya satu orang yang dipercaya mempunyai akses melihat data nasabah yaitu Kepala Kantor Cabang Unit Bank BRI.
Namun, kejahatan Perbankan ini yang diduga dilakukan oleh sindikat memungkinkan meretas data dari nasabah saat transaksi di mesin Anjungan Tunai Mandiri (ATM). Ini diungkapkan Dedi Kusnadi, Pimpinan Bank BRI Cabang Kediri menyatakan jika yang menimpa nasabahnya adalah kejahatan Skimming.
Skiming merupakan kejahatan Perbankan yang menguras tabungan nasabah itu bermula dari transaksi tunai maupun non tunai di mesin ATM. Pelakunya, memasang alat yang merekam transaksi nasabah di luar mesin ATM. Alatnya begitu canggih, disebut Skimmer.
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) perseroan tengah melakukan investigasi internal menindaklajuti hilangnya sejumlah uang milik nasabah BRI di unit Ngadiluwih, Kediri, Jawa Timur.
Investigasi dilakukan perseroan tersebut yakni jumlah kerugian nasabah dan sistem keamanan. Dugaan sementara raibnya dana nasabah tersebut adalah praktik skimming, yakni tindakan pengkloningan data nasabah yang dilakukan peretas di mesin anjungan tunai mandiri (ATM). Data nasabah yang dicuri tersebut dgunakan untuk menguras rekening tabungan nasabah.
Sekretaris Perusahaan BRI, Bambang Tribaroto menjelaskan, saat ini perseroan sudah melaporkan dengan pihak Kepolisian. Untuk itu, kata dia, BRI juga siap mengganti kerugian dana nasabah yang raib apabila hasil investigasi internal menunjukkan tindakan skimming.
“BRI akan bertanggungjawab penuh terhadap kerugian yang dialami nasabahnya apabila hasil investigasi menunjukkan bahwa terbukti skimming,” kata Bambang kepada wartawan, Selasa (13/3/2018).
Sementara itu, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Heru Kristiyana menjelaskan, saat ini OJK selaku regulator tengah meneliti kejadian tersebut. Namun demikian, jika terbukti karena kesalahan sistem keamanan BRI, maka harus mengganti dana nasabah yang hilang tersebut. (ass)