AMSTERDAM, (Panjimas.com) – Aksi demonstrasi anti-Islam baru-baru ini digelar di Amsterdam Belanda, Ahad (11/03).
Aksi ini diselenggarakan oleh kelompok sayap kanan, anti-muslim dan anti-imigran, PEGIDA Belanda.
Akan tetapi aksi yang menyuarakan penentangan atas Islam dan kaum muslimin ini tidak mendapatkan tanggapan positif dari publik Amsterdam, bahkan tampak lesu dan kekurangan minat, dilansir dari Anadolu Ajensi.
Hal ini tampak dari para peserta yang hanya mencapai sekitar 50 orang.
Peserta mayoriats merupakan para simpatisan dan anggota, PEGIDA, Patriotische Europäer Gegen die Islamisierung des Abendlandes“ atau “Patriotic Europeans against the Islamization of the West” [Gerakan Orang-orang Eropa Patriotik Melawan Islamisasi Barat].
Para peserta bergerak di bawah pengawalan polisi, dan membawa spanduk-spanduk rasis, anti-muslim dan anti-imigran.
Sekelompok pengunjuk rasa anti-Fasis, Anti-Fascist Action (AFA) berusaha untuk menghalangi aksi demonstrasi tersebut, yang mengakibatkan penangkapan tiga anggota mereka, menurut Kepolisian Amsterdam.
Pada hari Sabtu (10/03), anggota PEGIDA menanam 23 salib di sebuah lokasi konstruksi untuk pembangunan sebuah masjid.
Awal tahun 2017, PEGIDA melakukan aksi protes di depan proyek pembangunan Masjid Selimiye di Veghel dan di sebuah sekolah dasar Islam di Leiden.
PEGIDA adalah kelompok kampanye bagi gerakan-gerakan sayap kanan di Eropa, yang menjadi semacam penampung aspirasi dan keresahan kelompok radikal nasionalis terhadap gelombang imigran Muslim yang datang ke Jerman.
PEGIDA berdalih aksi-aksinya betujuan untuk menentang Islamisasi di Barat. Namun para pengamat mengatakan, kelompok ini menyuburkan paham rasisme, tidak ubahnya seperti Nazi di Perang Dunia II.
PEGIDA punya manifesto yang berisikan 19 butir, di antaranya menyerukan diperketatnya imigrasi dan perlindungan terhadap “budaya Kristen-Yahudi” di dunia Barat.[IZ]