YERUSALEM, (Panjimas.com) – Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan Rabu (07/03) lalu bahwa wilayah Lembah Yordania akan menjadi bagian dari Israel terlepas dari penyelesaian politik apapun di masa depan.
“Saya pikir kebanyakan warga Israel menyukai situasi di mana kami bisa memisahkan diri dari warga Palestina. Saya tidak ingin warga Palestina sebagai warga negara Israel dan saya tidak menginginkan mereka sebagai subyek Israel. Saya menginginkan sebuah solusi di mana mereka memiliki semua kekuatan yang mereka butuhkan untuk mengatur diri mereka sendiri tetapi tidak ada satu pun kekuatan yang akan mengancam kami,” jelas Netanyahu dalam pidatonya di Economic Club of Washington, D.C., demikian menurut pernyataan yang dirilis kantornya, dikutip dari Anadolu.
“Apa artinya itu adalah bahwa apapun solusinya, wilayah sebelah Barat Yordania [Sungai], yang mencakup wilayah Palestina, akan secara militer berada di bawah Israel. Keamanan, kendali keamanan dan tanggung jawab utamanya adalah hak milik Israel,” pungkas Netanyahu.
PM Israel itu menegaskan kawasan Timur Tengah “penuh dengan negara-negara yang gagal, negara-negara yang ambruk”.
Ia juga mengklaim bahwa Palestina dan “semua pihak” akan runtuh jika Israel bukanlah penguasa yang bertanggung jawab atas keamanan wilayah Lembah Yordania.
Sekitar 6.000 pemukim ilegal Yahudi tinggal di wilayah Lembah Yordania, yang membentang di sepanjang perbatasan bagian Timur wilayah Tepi Barat yang diduduki berbatasan dengan Yordania.
Israel menduduki wilayah Tepi Barat, termasuk Yerusalem Timur, selama Perang Arab-Israel tahun 1967.
Israel kemudian mencaplok seluruh kota pada tahun 1980, dan mengklaimnya sebagai “ibukota tak terbagi dan abadi” bagi negara Yahudi – namun langkah tersebut tidak pernah diakui oleh masyarakat internasional.
Hukum internasional memandang Tepi Barat dan Yerusalem Timur sebagai “wilayah yang diduduki” dan menganggap semua pembangunan permukiman Yahudi di sana adalah tindakan ilegal.[IZ]