DAMASKUS, (Panjimas.com) – Badan Pertahanan Sipil, White Helmets mendesak PBB segera mengambil “langkah-langkah yang diperlukan” untuk meredakan situasi kemanusiaan yang mengerikan di Distrik Ghouta Timur yang dikepung di Suriah.
Dalam pernyataan Rabu (07/03), White Helmets mengatakan bahwa serangan rezim Assad sedang berlangsung meski baru-baru ini Dewan Keamanan PBB mengadopsi Resolusi no. 2401, yang menyerukan gencatan senjata selama 30 hari.
White Helmets melanjutkan dengan melaporkan bahwa 30 warga sipil menderita luka-luka dalam serangan gas klorin pada hari Selasa (06/03), serangan tersebut dilaporkan terjadi sesaat setelah konvoi bantuan kemanusiaan PBB memasuki daerah tersebut.
Konvoi kemanusian tersebut tidak dapat memberikan pasokan medis untuk menyelamatkan nyawa para korban akibat serangan, ujar White Helmets.
Agensi pertahanan sipil tersebut menambahkan bahwa 42 warga sipil dilaporkan tewas pada hari yang sama dalam serangan terpisah oleh rezim Assad.
“Sejak 19 Februari, lebih dari 661 warga sipil terbunuh – dan 2.373 lainnya menderita luka-luka – di Ghouta Timur,” tulis pernyataan White Helmets tersebut.
Sementara itu, PBB, pada hari Selasa (06/03) mengumumkan bahwa pihaknya tidak dapat membongkar muatan 14 truck dari total 46 truk yang mengangkut bantuan kemanusiaan ke Ghouta Timur karena meningkatnya kekerasan.
“Warga Ghouta Timur telah bertahan selama berbulan-bulan tanpa akses ke bantuan kemanusiaan,” Jens Laerke, juru bicara Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan, dalam pernyataannya.
“Makanan … kekurangan pasokan, atau sangat mahalnya dan tingginya tingkat malnutrisi akut sedang diobservasi,” tambah Laerke.
Hampir sepekan yang lalu, Dewan Keamanan PBB dengan suara bulat mengadopsi Resolusi nomor 2401 yang mendesak pihak-pihak dalam konflik Suriah untuk segera menghentikan semua permusuhan dan mematuhi jeda kemanusiaan jangka panjang di seluruh wilayah Suriah untuk memastikan pengiriman bantuan kemanusiaan agar tidak terganggu, serta bantuan medis dan juga evakuasi para korban yang terluka.
“Semua pihak [harus] menghentikan permusuhan tanpa penundaan dan berkomitmen untuk memastikan jeda kemanusiaan yang bertahan selama setidaknya 30 hari berturut-turut di seluruh wilayah Suriah untuk memungkinkan pengiriman bantuan kemanusiaan dan layanan kemanusiaan yang aman, tanpa hambatan dan berkelanjutan serta evakuasi medis warga yang sakit dan terluka parah, sesuai dengan hukum internasional yang berlaku,” jelas pernyataan yang baru-baru ini dirilis oleh Dewan Keamanan PBB.
Resolusi tersebut menyerukan evakuasi medis 700 warga sipil, terutama di Ghouta Timur, daerah pinggiran yang diblokade rezim Assad di dekat Damakus.
Resolusi DK PBB itu juga menuntut gencatan senjata di kota-kota Suriah seperti Yarmouk, Al-Fu’ah dan Kafriya, yang masih dikepung oleh rezim Bashar al-Assad.
Resolusi yang dipersiapkan oleh Swedia dan Kuwait itu, kemudian diadopsi setelah beberapa penundaan, karena anggota Dewan Keamanan PBB berusaha meyakinkan Rusia, salah satu negara pendukung rezim Assad.
Perwakilan Tetap Rusia untuk PBB, Vassily Nebenzia mengklaim bahwa “ribuan teroris” tetap berada di Ghouta Timur.
Dalam 8 bulan terakhir, pasukan rezim Assad telah mengintensifkan pengepungan di Ghouta Timur, sehingga hampir tidak mungkin bagi akses makanan ataupun obat-obatan masuk ke distrik tersebut dan mengakibatkan ribuan pasien memerlukan perawatan medis segera.
Ghouta Timur berada dalam jaringan zona de-eskalasi – yang didukung oleh Turki, Rusia dan Iran – di mana tindakan agresi militer dilarang.
Desa-desa di Ghouta Timur terus menjadi sasaran pasukan rezim Assad, meskipun fakta bahwa wilayah-wilayah tersebut termasuk dalam jaringan zona de-eskalasi dimana tindakan agresi militer dilarang.
Rezim Bashar al-Assad, bagaimanapun, telah berulang kali melanggar kesepakatan zona de-eskalasi tersebut dan telah menargetkan wilayah-wilayah pemukiman di
Menjadi rumah bagi sekitar 400.000 penduduk, Ghouta Timur tetap berada di bawah pengepungan rezim yang melumpuhkan selama lima tahun terakhir. Dalam laporan tahunan yang baru saja dirilis, White Helmets menuding bahwa sebanyak 1.337 warga sipil dibunuh di Ghouta Timur pada sepanjang tahun 2017 akibat serangan-serangan yang terus berlanjut oleh pasukan rezim Bashar al-Assad.
Ghouta Timur telah dikepung selama 5 tahun lamanya dan akses kemanusiaan ke kota yang merupakan rumah bagi 400.000 warga sipil tersebut kini telah benar-benar terputus. Ratusan ribu penduduk saat ini sangat membutuhkan bantuan medis.
Dalam 8 bulan terakhir, rezim Bashar al-Assad telah mengintensifkan pengepungan di wilayah Ghouta Timur, sehingga hampir tidak mungkin disalurkannya pasokan makanan dan akses obat-obatan ke distrik tersebut sehingga membuat ribuan pasien dalam kondisi kritis dan memerlukan pengobatan segera.[IZ]