JAKARTA, (Panjimas.com) – Dalam satu seminar tentang Zakat terungkap satu informasi yang belum banyak diketahui oleh Umat Islam saat ini. Karena perkara ini biasanya bukan hal yang menarik untuk dipelajari dan diminati banyak orang. Namun menjadi salah satu bagian dari Rukun Islam, yakni kewajiban membayar Zakat bagi yang mampu.
“Zakat ternak itu cuma mencakup beberapa jenis hewan saja seperti kambing, unta, dan sapi, lalu bagaimana dengan zakat ternak ayam, lele, dan hewan-hewan lainnya?”, Kata Prof. Didin Hafidhudin dalam seminar nasional zakat profesi yang diselenggarakan oleh Majelis Dakwah al-Irsyad al-Islamiyah.
Zakat profesi belakangan ini merupakan sesuatu yang hangat diperdebatkan, apakah ada landasan hukumnya dalam Islam ada atau tidak ada. Dalam seminar yang diadakan pada hari Ahad (4/3/) ini hal itu menjadi perbincangan yang hangat dan seru untuk didiskusikan.
Al-Irsyad sebagai salah satu ormas Islam tertua di negri ini, yang berdiri pada tahun 1914, berusaha untuk memberi pencerahan kepada umat bagaimana seharusnya bersikap mengenai permasalahan zakat yang berkembang belakangan ini dengan menghadirkan pakar-pakar zakat Indonesia, seperti Prof Didin dan Dr. M. Yusuf Shodiq.
“Dalilnya harus dengan qiyas, kita ini zakat fitrah dengan apa? Beras kan, dalilnya mana? Qiyas kan.” lanjut Prof Didin kepada para wartawan.
Dalam seminar ini Prof. Didin menjelaskan bahwa zakat profesi itu memiliki landasan hukum yang jelas, yaitu qiyas, landasan hukum yang sama dengan landasan hukum zakat fitrah dengan beras. Dalam zakat fitrah, Rasullullah SAW mewajibkan kepada setiap muslim satu sho’ beras atau satu sho’ gandum dari hadist inilah yang menjadi dasar pengqiyasan kewajiban beras kepada kaum muslimin Indonesia, yaitu persamaan makanan pokok.
Prof Didin dalam seminar ini juga menggambarkan bahwa zakat profesi dapat menjadi suatu kekuatan ekonomi umat yang sangat besar dan menjadi salah jalan keluar dari permasalahan ekonomi umat ini. Ia memberikan permisalan dengan perusahaan PLN yang tadinya tidak mewajibkan zakat profesi bagi para karyawannya.
Ia mengatakan bahwa sebelum diwajibkannya zakat profesi, zakat yang terkumpul pada perusahaan ini hanya 164 juta, tetapi setelah diwajibkan zakat profesi, zakat yang terkumpul mencapai 6,4 M rupiah. [ES]