JAKARTA, (Panjimas.com) – Krisis kemanusiaan terus berlangsung di belahan dunia Islam. Serangan dan blokade masih menghantui jutaan orang. Dalam kondisi tak berdaya sekalipun, mereka tetap menjadi target dari arogansi para pemimpin zalim.
Anak-anak, wanita, dan orang tua pun menjadi korban. Sedangkan, tempat ibadah, panti asuhan, dan fasilitas kesehatan yang harusnya steril pun tak luput dari sasaran.
Di Ghouta Timur, Suriah, serangan yang dilakukan oleh rezim Assad dan pendukungnya telah membunuh 674 warga sipil dalam dua pekan terakhir, menurut laporan White Helmets.
lronisnya, Ghouta Timur, yang didiami oleh 400.000 jiwa, telah dikepung selama lima tahun terakhir dan diputus dari akses kemanusiaan.
Di Palestina, pelecehan terhadap Baitul Maqdis kian meningkat tiap tahunnya.
Selain itu, relokasi kedutaan menjadi prioritas utama Amerika Serikat (AS) setelah Presiden Donald Trump mengumumkan keputusan untuk mengakui Yerusalem sebagal ibu kota negara penjajah Israel pada Desember tahun lalu.
Bahkan pada 14 Mei 2018 nanti, AS berencana meresmikan Kedutaannya di Baitul Maqdis.
Menurut laporan media AS, Duta Besar Amerika Serikat untuk Israel telah menerima banyak tawaran dari donatur Yahudi yang bersedia mendanai bangunan baru untuk proyek tersebut.
Trump juga mempertimbangkan untuk menerima sumbangan dari pemilik kasino dan tokoh bisnis terkenal Sheldon Adelson, yang berasal dari keluarga Yahudi, untuk membantu mendanai proyek tersebut.
Oleh karena itu, Ketua Spirit of Aqsa (SoA) Ustadz Bachtiar Nasir menyebut ‘Ulama dan Aktivis Pejuang Baitul Maqdis menyeru umat lslam dan pemimpin dunia untuk berjuang sekuat mungkin menghentikan kejahatan kemanusiaan di Suriah, khususnya di Ghouta’.
Hal itu diungkapkan Ustadz Bachtiar Nasir setelah melihat adanya pelanggaran hukum internasional yang dilakukan Bashar Al Assad dan Rusia.
“Dewan Keamanan PBB sudah menyepakati gencatan senjata di Suriah, serangan rezim Bashar Assad dan Rusia ternyata tetap tidak berhenti. lni jelas pelanggaran serius terhadap hukum internasional,” terangnya dalam konferensi pers di Hotel Bidakara, Tebet, Jakarta Selatan, Sabtu (3/2/2018).
Tidak hanya itu, Sekretaris Jenderal Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) itu juga ‘menyeru umat Islam dan pemimpin dunia agar bersungguh-sungguh memperjuangkan penolakan terhadap pemindahan Kedutaan Besar AS dari Tel Aviv ke Yerusalem pada bulan Mei’.
Ia menilai rencana pemindahan Kedutaan Besar AS dari Tel Aviv ke Yerusalem adalah bentuk pelecehan terhadap dunia lslam. “Karena pemindahan itu bertepatan dengan hari di mana penjajah Israel mendirikan negara ilegalnya.” pungkas Ustadz Bachtiar Nasir. [DP]