JAKARTA, (Panjimas.com) – Wakil Ketua Majelis Permusyarawatan Rakyat (MPR) DR Hidayat Nur Wahid, MA meminta perhatian penuh umat Islam terkait rencana pemindahan Kedutaan Besar Amerika Serikat (AS) di wilayah jajahan Zionis dari Tel Aviv ke Baitul Maqdis (Yerusalem) pada 14 Mei 2018 mendatang.
“Waktunya sudah tinggal dikit lagi. Apa yang sudah diperbuat umat dan dunia Islam?” tanya Hidayat dalam Silaturahim Nasional Ulama dan Pejuang Baitul Maqdis di Jakarta, Sabtu (3/3/2018), sebagaimana dilansir Islam News Agency (INA), kantor berita yang diinisiasi Jurnalis Islam Bersatu (JITU).
Menurut Hidayat, pemindahan Kedubes AS ini sengaja dilakukan Donald Trump pada 14 Mei karena bertepatan dengan deklarasi “negara” penjajah tersebut.
Situasi, kata Hidayat, membuat perjuangan membebaskan Al-Aqsha semakin sulit karena ibu kota adalah wilayah potensial sebuah negara.
“Seluruh kekuatan politik Amerika, militer, semuanya ada di sana (Baitul Maqdis),” jelas Hidayat.
Hidayat mengingatkan para ulama dan aktivis untuk serius memikirkan hal ini. Sebab, penjajah Zionis ingin menghapus Al Aqsha dari peta Palestina.
“Bisa kita bayangkan dari sekarang, bagaimana kita melakukan advokasi ketika Al-Aqsha seluruhnya di bawah penjajah yang didukung banyak pihak,” terangnya.
Hidayat pun mengaku sering mendapatkan banyak pertanyaan mengapa dia konsisten membela Palestina, padahal letaknya jauh dari Indonesia.
Dia pun menjawab bahwa banyak orang sedih saat AS menghancurkan Baghdad karena di sana ada makam ulama Junayd Al Baghdadi.
“Begitu pula kami tak rela Gaza dihancurkan karena di sana adalah tempat kelahiran Imam Syafi’i. Jadi izinkan kami mewakili para ulama dan kiai untuk bersuara melawan penjajahan Zionis Israel,” tegas Hidayat.
Hidayat juga menegaskan hubungan Indonesia dengan Palestina sangatlah kuat. Hal ini terbukti dengan sepak terjang Walisongo di Indonesia yang mendirikan Kota Kudus.
“Maka nama kota Kudus hanya ada dua di dunia, di Palestina dan Jawa Tengah,” kata Hidayat.
Dengan catatan sejarah ini, Hidayat menegaskan ini menjadi bukti para ulama sudah memberikan perhatiannya kepada Al-Quds.
“Ini adalah momentum sejarah yang luar biasa,” ujarnya. [DP]