TRIPOLI, (Panjimas.com) – Dewan Presiden Libya, faksi pemerintahan yang didukung PBB pada hari Selasa (27/02) lalu mengatakan langkah-langkah telah diambil untuk mendukung unit tentara untuk menanggapi serangan berlanjut oleh “kelompok tentara bayaran”.
Dalam pernyataan Selasa (27/02), Dewan Presiden Libya memuji “keberhasilan unit militer dalam memukul mundur serangan terhadap kantor pusatnya di kota Sabha [selatan]”.
Zona Militer di Sabha diserang pada hari Ahad (25/02) oleh “kelompok bersenjata asing”, demikian menurut Kepala Dewan Kota Sabha, Hamid Rafi Al-Khayali.
Kelompok bersenjata tersebut diketahui mengibarkan bendera Chad, papar Al-Khayali, dikutip dari AA.
“Setiap serangan terhadap kubu dan markas tentara merupakan serangan terhadap kedaulatan nasional dan mengancam keamanan seluruh negeri,” tandas Dewan Presiden.
“Dewan [Presiden] dan semua warga Libya tidak akan pernah melepaskan tugas mereka untuk mempertahankan wilayah selatan, dan akan menggagalkan semua upaya yang bertujuan menciptakan realitas demografis baru di wilayah selatan kami,” tegas pernyataan ‘presidential council’ tersebut.
Libya telah dilanda gejolak sejak 2011, saat sebuah pemberontakan berdarah berakhir dengan penggulingan dan pembunuhan pemimpin karismatik Muammar Gaddafi.
Setelah penggulingan Gaddafi, perpecahan politik di Libya menghasilkan 3 kekuatan rival dalam pemerintahan – yang salah satunya berbasis di kota Tobruk, Libya Timur – dan sejumlah kelompok milisi-milisi yang saling bersaing.
Negara kaya minyak di Afrika Utara itu kini tetap bergolak, dengan perpecahan politik negara tersebut yang menghasilkan setidaknya tiga kursi pemerintahan yang berbeda dan sejumlah kelompok milisi-milisi yang saling bersaing, termasuk satu di Tobruk dan satu lagi di Tripoli, serta sejumlah besar kelompok milisi bersenjata.[IZ]