JAKARTA (Panjimas.com) — Indonesia menyambut dan menerima permintaan Afghanistan untuk menjadi tuan rumah Konferensi Ulama Internasional. Bekerja sama dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI), Konferensi Ulama ini diharapkan dapat mengakhiri konflik di Afghanistan.
Dalam kesempatan itu Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla (JK) menghadiri Konferensi Proses Kabul ke-2 terkait perdamaian di Afghanistan. JK menegaskan tentang peran Indonesia terkait perdamaian di Afghanistan.
“Saya hadir di sini dalam konferensi ini dan menegaskan kembali komitmen Indonesia untuk berkontribusi dalam proses perdamaian dan Perdamaian di Afghanistan,” kata JK di hadapan sejumlah pimpinan Afghanistan di Kabul, Senin 26 Februari 2018 waktu setempat.
Sebelumnya, Wapres JK menerima delegasi High Peace Council (HPC) Afghanistan di kantornya. Dalam pertemuan tersebut membahas mengenai rencana penyelenggaraan konferensi ulama internasional yang bekerja sama dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Menteri Luar Negeri Republik Indonesia Retno Marsudi mengatakan, pertemuan antara HPC Afghanistan dan Wakil Presiden Jusuf Kalla merupakan kelanjutan dari pembahasan proses peace building. Indonesia dipercaya oleh Pemerintah Afghanistan untuk memberikan kontribusi dalam proses rekonsiliasi perdamaian di negara tersebut.
Retno mengatakan, Pemerintah Afghanistan mengapresiasi komitmen dan kerja keras Indonesia untuk membantu proses perdamaian di negara itu. Mereka menilai kunjungan Presiden Joko Widodo ke Afghanistan memberikan harapan baru bagi perdamaian di negara tersebut. “Dan para ulama di Afghansitan juga mengharapkan bahwa dapat terjadi perdamaian di Afghanistan,” kata Retno.
Retno mengatakan, Indonesia tidak hanya berkomitmen membantu mewujudkan perdamaian di Afghanistan, tapi juga akan membantu pembangunan ekonomi. Dalam pertemuan tersebut Wakil Presiden Jusuf Kalla menegaskan, perdamaian merupakan hal utama yang harus dilakukan oleh Afghanistan sebelum melakukan pembangunan di bidang lain.
Konferensi ulama ini dilakukan dalam beberapa tahap. Tahap pertama, yakni antara ulama Indonesia dan Afghanistan. Konferensi ulama internasional ini merupakan salah satu skenario untuk mendorong perdamaian di Afghanistan. Apalagi, semua kelompok yang bertikai di Afghanistan merupakan sesama Muslim.
Bagi Indonesia kata JK, pertemuan ini sangat penting dalam proses perdamaian di Afghanistan, Karena konflik berkepanjangan selama 40 sangat membuat siapapun menderita. “Merobek persatuan masyarakat dan menghambat menghambat pembangunan sosial dan ekonomi. Karena konflik tidak pernah menguntungkan siapapun,” tegasnya.
Dalam kesempatan itu, Wapres menceritakan tentang persatuan di Indonesia dihadapan para pejabat Afghanistan. “Sebagai negara dengan lebih dari 700 kelompok etnis dan 340 bahasa daerah, Indonesia telah mengalami banyak tantangan dan konflik sebagai bangsa yang pluralistik. Alhamdulillah,kami mampu mengatasi tantangan dan konflik dan kami merasa terhormat untuk berbagi pengalaman ini,” paparnya.
Wapres menambahkan bahwa perdamaian harus dipupuk termasuk menempa ikatan kepercayaan antara orang-orang di semua tingkat dan membangun komitmen yang kuat dan solid dari semua elemen masyarakat, untuk menegakkan prinsip saling menghormati dan pengertian dan membangun dialog.
“Inklusivitas dalam membangun perdamaian sangat penting. Setiap orang Afghanistan adalah elemen kunci dan harus menjadi bagian dari solusi. Suara setiap orang Afghanistan harus didengar,” ucapnya.
Lebih lanjut dikatakan Wapres, bahwa hal yang juga penting dalam membangun perdamaian adalah meningkatkan kepercayaan masyarakat dan, meningkatkan kredibilitas proses itu sendiri. “Ini adalah bahan penting untuk perdamaian yang tahan lama,” ujarnya.
Menjadi penduduk muslim terbesar di dunia, sambung Wapres, Indonesia sangat memahami peran penting dari para ulama dalam memelihara perdamaian dan rekonsiliasi terutama melalui promosi nilai dan prinsip toleransi dan Islam sebagai Rahmatan lil ‘alamin, atau Islam sebagai berkah bagi alam semesta.
Untuk itu, kata Wapres, Indonesia, tanpa ragu-ragu menyambut dan menerima permintaan Afghanistan untuk menjadi tuan rumah Konferensi Ulama Internasional. “Indonesia percaya bahwa Konferensi Ulama ini akan berkontribusi untuk mengakhiri konflik yang menghancurkan,” pungkasnya. (ass)