Depok (Panjimas.com) – Dibandingkan dengan negara-negara Timur Tengah, bangsa Indonesia termasuk bangsa yang masih tetap utuh dan terjaga persatuannya. MUI berinisiasi untuk menjadi tuan rumah, mengundang negara-negara untuk mengikuti Musyawarah Internasional, guna menciptakan perdamaian dunia.
“MUI ingin mendamaikan Dunia, seperti halnya Indonesia, meski berbeda namun tetap satu,” kata Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Prof. KH. Ma’ruf Amin dalam Pengajian Ulama Umaro di Aula Gedung Dakwah MUI Kota Depok, Jum’at (24/2/2018) sore.
Kiai Ma’ruf mengaku pernah bertemu di Jurnalis Observer asal Italia. Wartawan itu mengaku kagum dan heran melihat kedamaian di Indonesia. Wartawan itu mengamati Suku Badui yang tentram karena disekelilingnya umat Islam.
Begitu juga bangunan Candi Borobudur, candinya pemeluk agama Budha, yang tetap terjaga. Atau Suku Tenger di kaki Gunung Bromo yang hidup dalam aman dan damai.
“Atas kekagumanya itu, jurnalis Barat itu telah membuat film bernuansakan pesantren. Bahkan, sang jurnalis mengatakan, pesantren sebagai feature leader in the world,” ujarnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, MUI itu ibarat tenda besar bagi ormas Islam yang jumlahnya banyak. Untuk mengkoordinasi berbagai ormas Islam yang, MUI membentuk Forum Ukhuwah. Tujuannya agar ada koordinasi.
“MUI bisa menjadi contoh bagi negara-negara lain, seperti Afghanistan dan Pakistan, dalam hal ini terkait penyelesaian konflik antar umat beragama, dan kelompok yang berbeda mazhab,” kata kiai.
Selama ini Indonesia adalah bangsa yang toleran di dunia. Karena itu, kerukunan itu harus betul-betul dijaga, dengan mengusung ukhuwah Islamiyah, Wathaniyah dan Insaniyah.
Menyinggung soal ekonomi, Kiai Ma’ruf mengatakan, sudah saatnya Indonesia memasuki arus ekonomi baru. Tidak lagi arus lama yang lahir dari atas ke bawah. Jangan lagi yang atas makin kuat, yang bawah makin lemah.
“Harusnya konglomerat menetes ke bawah, tapi nyatanya tidak menetes, akibatnya masyarakat tidak kebagian. Bicara pemberdayaan ekonomi umat, perbanyak mart-mart yang berbasis keumatan, seperti Basmalah Mart, Hamdalah Mart dan sebagainya. (des)