NEW YORK, (Panjimas.com) – Perwakilan Tetap Moskow untuk PBB Vassily Nebenzia pada hari Rabu (21/02) menyerukan digelarnya sebuah pertemuan Dewan Keamanan PBB yang membahas khusus mengenai krisis Ghouta Timur di Suriah.
Nebenzia mendesak Dewan Keamanan PBB mengadakan pertemuan pada hari Kamis (22/02).
“Kami meminta kepresidenan untuk mengadakan pertemuan terbuka Dewan Keamanan untuk membahas situasi di Ghouta Timur.”
“Saya pikir ini perlu, mengingat kekhawatiran yang kami dengar hari ini untuk memastikan bahwa semua pihak mempresentasikan pemahaman mereka mengenai situasi ini dan menghasilkan jalan untuk mendapatkan situasi ini,” pungkasnya.
Menurut koresponden Anadolu di lapangan, pasukan rezim Assad dan milisi milisi pendukungnya telah mengintensifkan serangan terhadap area seperti Duma, Haresta, Hammuriya, Marj, Saqba, Kafr Batna, Arbin dan Madyara.
Jumlah korban tewas diperkirakan meningkat karena serangan masih berlanjut di beberapa daerah.
Sementara itu, sedikitnya 167 warga sipil terbunuh pada hari Senin (19/02) dan Selasa (20/02) dengan semakin intensidnya serangan rezim Assad di Ghouta Timur.
Ghouta Timur berada dalam jaringan zona de-eskalasi – yang didukung oleh Turki, Rusia dan Iran – di mana tindakan agresi militer dilarang.
Namun demikian, rezim Assad terus menargetkan bagian pemukiman warga sipil di kota tersebut, sehingga menewaskan sedikitnya 539 jiwa – dan melukai lebih dari 2.000 korban lainnya – sejak 29 Desember tahun 2017 lalu.
Desa-desa di Ghouta Timur terus menjadi sasaran pasukan rezim Assad, meskipun fakta bahwa wilayah-wilayah tersebut termasuk dalam jaringan zona de-eskalasi dimana tindakan agresi militer dilarang.
Rezim Bashar al-Assad, bagaimanapun, telah berulang kali melanggar kesepakatan zona de-eskalasi tersebut dan telah menargetkan wilayah-wilayah pemukiman di
Menjadi rumah bagi sekitar 400.000 penduduk, Ghouta Timur tetap berada di bawah pengepungan rezim yang melumpuhkan selama lima tahun terakhir. Dalam laporan tahunan yang baru saja dirilis, White Helmets menuding bahwa sebanyak 1.337 warga sipil dibunuh di Ghouta Timur pada sepanjang tahun 2017 akibat serangan-serangan yang terus berlanjut oleh pasukan rezim Bashar al-Assad.
Ghouta Timur telah dikepung selama 5 tahun lamanya dan akses kemanusiaan ke kota yang merupakan rumah bagi 400.000 warga sipil tersebut kini telah benar-benar terputus. Ratusan ribu penduduk saat ini sangat membutuhkan bantuan medis.
Dalam 8 bulan terakhir, rezim Bashar al-Assad telah mengintensifkan pengepungan di wilayah Ghouta Timur, sehingga hampir tidak mungkin disalurkannya pasokan makanan dan akses obat-obatan ke distrik tersebut sehingga membuat ribuan pasien dalam kondisi kritis dan memerlukan pengobatan segera.
Selama pembicaraan damai di ibukota Kazakhstan, Astana, tiga negara penjamin, Turki, Iran dan Rusia, sepakat untuk menetapkan zona de-eskalasi di Idlib dan di beberapa bagian Provinsi Aleppo, Latakia dan Hama.
Sejak awal 2011, Suriah telah menjadi medan pertempuran, ketika rezim Assad menumpas aksi protes pro-demokrasi dengan keganasan tak terduga — aksi protes itu 2011 itu adalah bagian dari rentetan peristiwa pemberontakan “Musim Semi Arab” [Arab Spring].
Sejak saat itu, lebih dari seperempat juta orang telah tewas dan lebih dari 10 juta penduduk Suriah terpaksa mengungsi, menurut laporan PBB.
Sementara itu Lembaga Pusat Penelitian Kebijakan Suriah (Syrian Center for Policy Research, SCPR) menyebutkan bahwa total korban tewas akibat konflik lima tahun di Suriah telah mencapai angka lebih dari 470.000 jiwa. [IZ]