COLOGNE, (Panjimas.com) – Kepolisian Jerman Senin (19/02) memulai investigasi penyelidikan atas serangan pembakaran yang diduga terjadi pada kendaraan milik Asosiasi Muslim Turki-Jerman DITIB di Berlin, dikutip dari AA.
Sasaran pembakaran adalah sebuah Mobil dinas milik Asosiasi Muslim Turki-Jerman, DITIB.
DITIB, merupakan sebuah organisasi Muslim moderat yang didirikan oleh para imigran Turki di Jerman.
Mobil milik Asosiasi Muslim tersebut dibakar pada hari Ahad malam (18/02) di York Street di Distrik Schoneberg.
Petugas pemadam kebakaran segera mendatangi tempat kejadian setelah seorang warga menginformasikan kejadian itu kepada pihak Kepolisian.
Sementara mobil DITIB benar-benar terbakar, mobil lainnya juga rusak parah akibat nyala api.
Setelah pemeriksaan awal di tempat kejadian, Kepolisian Jerman membuka penyelidikan terhadap serangan itu.
Tercatat ada 20 Masjid yang dikelola oleh Asosiasi Muslim Turki-Jerman (DITIB) dan kendaraan milik DITIB itu biasa digunakan untuk berbagai layanan dakwah dan sosial DITIB, dan sepertinya memang diincar saat digunakan di sejumlah kota di Jerman dalam 4 pekan terakhir.
Serangan terhadap komunitas Muslim Turki meningkat sejak, Turki meluncurkan Operation Olive Branch pada 20 Januari lalu untuk memberangus teroris PYD / PKK dan Islamic State (IS) dari wilayah Afrin, Suriah.
PYD / pendukung PKK melancarkan serangan pertama mereka pada 21 Januari lalu terhadap Masjid Sultan Alparslan di kota Kassel, Jerman, sesaat setelah operasi Afrin dimulai.
Pada hari yang sama, para pendukung teroris PKK/PYD juga menyerang dan merusak 2 Masjid di Minden dan Leipzig di Jerman. Mereka merusak dinding bangunan Masjid serta kantor Asosiasi Muslim dan juga menulis kata-kata “PKK”, “YPG”, “Afrin” dan “balas dendam” di dinding Masjid.
Turki cukup lama mengkritik keras mitra NATOnya Jerman karena tidak melakukan tindakan serius terhadap PKK, bahkan menggunakan Jerman digunakan sebagai platform untuk kegiatan dan aktifitas penggalangan dana, perekrutan dan propaganda mereka.
Komunitas Turki di Jerman mencaku hingga 3 juta jiwa, banyak di antaranya adalah generasi keturunan kedua dan ketiga yang kakek neneknya pindah ke negara itu selama kurun waktu tahun 1960an.[IZ]