JAKARTA, (Panjimas.com) – Kematian Muhammad Jefri usai ditangkap Densus 88 masih menimbulkan tanya besar di kalangan masyarakat luas. Bahkan, Wakil Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia KH. Tengku Zulkarnain menantang Polri untuk mengungkap secara terbuka kasus tersebut.
“Kalau memang Muhammad Jefri ini mati karena serangan jantung, maka polisi wajib membuktikannya dengan autopsi dan transparan kepada keluarga dan masyarakat,” katanya kepada Panjimas, Senin (19/2).
‘Kasus kematian MJ terkesan tertutup. Hal itu diungkapkan KH. Tengku Zulkarnain setelah melihat adanya dugaan pemberian uang yang jumlahnya hanya 40 juta rupiah kepada keluarga korban dan dilarangnya keluarga untuk membuka kain kafan MJ sebelum dimakamkan.
Menurutnya, kasus serupa seperti Muhammad Jefri sudah terjadi berulang kali. “Kalau saya enggak salah sudah 123 orang terbunuh sebelum masuk pengadilan,” terangnya kepada Panjimas.
Tengku Zulkarnain menilai ‘kerja Densus 88 tidak profesional’ dalam menangani seseorang yang dituduh sebagai teroris.
Dikatakan KH. Tengku Zulkarnain lebih lanjut, ‘keberadaan Densus 88 harus dievaluasi’.
“Seharusnya tugas Densus menangkap, memproses verbal dan dibawa ke pengadilan untuk dibuktikan. Kalau baru tersangka kemudian mati, di dunia manapun enggak diterima. Kalau di negara demokrasi enggak bisa seperti ini,” tambahnya.
Minta Anggota DPR Bicara
Menilai kinerja Densus 88 yang berulang kali mengakibatkan hilangnya nyawa terduga teroris sebelum adanya putusan pengadilan, KH. Tengku Zulkarnain meminta Dewan Perwakilan Rakyat angkat suara terhadap kasus kematian Muhammad Jefri.
“Saya minta anggota DPR bicara, panggil Densus. Kalau setelah dievaluasi kerjanya enggak beres bubar aja. Karena dia mempermainkan nyawa rakyat.” tegasnya kepada Panjimas.
Menurutnya, Densus 88 dipercaya menangani kasus terorisme dengan anggaran triliyunan. “Tapi ternyata tidak menegakkan hukum, tidak prosedural, terkesan serampangan,” ungkapnya.
Atas sejumlah tindakan yang menyebabkan hilangnya nyawa anak bangsa Indonesia, KH Tengku Zulkarnain merasa keberatan dengan cara kerja Densus 88. “Tidak peduli dengan nyawa manusia. Belum tentu dia itu teroris, kalau teroris buktikan, bawa ke pengadilan,” lanjutnya.
Panggil Tim Independen
Tengku Zulkarnain meminta tim independen untuk mengungkap kasus kematian Muhammad Jefri usai ditangkap Densus 88.
“Kita panggil tim independen kalau perlu dari luar negeri atau dari Indonesia diawasi dengan Muhammadiyah, NU, ormas-ormas Islam, dan Majelis Ulama Indonesia,” tegasnya.
Tim independen tersebut nanti bertugas untuk mengungkap kasus kematian Muhammad Jefri dengan melakukan autopsi.
“Bongkar kuburannya, diteliti kematiannya, kalau kematiannya bukan karena serangan jantung tapi dianiaya, berani gak Densus bubar?” tandasnya. [DP]