TANGGERANG, (Panjimas.com) – Jika melihat pesantren sebagai pabrik atlet sepakbola mungkin kita heran. Namun, bagi kalangan pesantren, sepak bola merupakan olah raga populer. Jika tak punya lapangan, cucian yang dibuntal menjadi satu bisa menjadi bola untuk dimainkan. Bahkan bola api, durian, dan kelapa pun bisa disepak. Padahal kaki santri seperti orang normal pada umumnya. Namun, kuat menendang bola buatan yang sangat keras dan berbahaya bagi kaki.
Jika ditelusuri, ternyata pesantren itu penghasil atlet-atlet sepak bola. Sebut saja M. Rafli Mursalim. Ia memperkuat Timnas Indonesia U-19. Bukan hanya dia, kawan seangkatannya, Evan Dimas juga berasal dari pesantren.
Jika dicari angkatan lebih tua, Zaenal Arif, mantan penyerang Persib Bandung, pernah nyantri di sebuah pondok pesantren di Cikajang, Garut. Bahkan sempat juara Musabaqah Tilawatil Qur’an tingkat kecamatan.
Bacaan Al-Qur’an Zaenal Arif sempat dipuji Ketua Pengurus Pusat Rabithah Ma’ahid Islamiyah atau asosiasi pondok pesantren NU, KH Abdul Ghofarrozin ketika pembukaan putaran final Liga Santri Nusantara di GOR Pasundan, kota Bandung. Tak heran ia didaulat sebagai duta Liga Santri Nusantara pada tahun 2017.
Nuralim, legenda Persija Jakarta juga pernah mondok di Madrasah Ibtidaiyah Najahul Islam Bekasi.
Gubernur NTB, Zainul Majdi (TGB) mengatakan bahwa pesantren bukan hanya tempat menimba ilmu al quran saja tetapi apapun. Hal ini dikarenakan pesantren saat ini berbeda dengan dahulu. Selain diformat untuk mengerti pengetahuan agama dan berdakwah, di antara mereka pasti ada yang berbakat menjadi politisi, seniman, termasuk olahraga.
Mantan Pelatih Tim Nasional Indonesia Indra Sjafri juga menegaskan, tidak menutup kemungkinan ia mencari bakat-bakat atlet sepak bola dari pesantren.
“Kalau tempat mencari pemain itu dari kompetisi tapi saya juga blusukan di tempat lain, termasuk juga ke pesantren,” katanya saat ditemui di Pesantren Tahfidz Daarul Qur’an, Sabtu (18/2/2018).
Menurut pria yang pernah melatih U-19 ini menegaskan, Indonesia punya banyak potensi dalam sepak bola.
“Kita diberikan potensi yang luar biasa. Sekarang bagaimana potensi-potensi itu bisa kita kelola, kita bina dengan baik. Sehingga bisa muncul generasi-generasi baru di Indonesia. Oleh sebab itu sekarang kita buat akademi sepakbola untuk menampung anak-anak terbaik dari seluruh Indonesia,” kata pria pendiri Indra Sjafri Football Academy (ISFA).
Ketua Panitia Nonton Bareng dan Coaching Clinic bersama Indra Sjafri, Basri mengatakan bahwa sengaja membuat kegiatan ini.
“Ini membuka harapan baru. Bahwa jadi santri juga bisa berprestasi dalam sepakbola, bukan hanya jago dalam ilmu agama saja,” kata menantu Ustad Yusuf Mansyur ini.
Di Pesantren Tahfidz Daarul Qur’an,kata Basri, terdapat ekstrakurikuler Futsal yang telah menjuarai liga santri PKS pada tahun 2017.
“Itu dari 32 pesantren di seluruh Indonesia,” katanya.
Basir berharap dengan datangnya coach Indra ke Pesantren juga dibuka ektrakurikuler khusus sepakbola. [ES]