Jakarta (Panjimas.com) – Masjid adalah bagian terpenting dalam kehidupan sosial kemasyarakatan maupun religiusitas seseorang. Apa yang bisa kita lakukan untuk memberdayakan masjid? Bagaimana cara mengelolanya?
Untuk tujuan itulah Pengurus Besar Keluarga Besar Pelajar Islam Indonesia (KB PII) menggelar Pelatihan Literasi Masjid di di Rumah KB PII; Jl. Cibitung III No. 7, Petogogan, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis (15/2/ 2018). Pelatihan tersebut diikuti oleh sejumlah takmir masjid dan perwakilan Dewan Masjid.
Adapun narasumber yang dihadirkan, yakni: Ust. H. M. Jazier ASP. (Ketua Majlis Syuro Masjid Jogokariyan, Yogyakarta), Drs. H. Ahmad Yani (Ketua Lembaga Dakwah Khairu Ummah/Wakio Ketua Umum PB KB PII), dan DR. Mohammad Nashih (Pendiri Monash Institue).
Dalam penyampaian materi, Ketua Majlis Syuro Masjid Jogokariyan Yogyakarta, Ustaz H. M. Jazier ASP, mengatakan, sebuah masjid harus dijamin keamanannya. Terlebih sedang marak “orang gila” yang mencari ustaz di masjid-masjid. Karena itu, Takmir Masjid harus memikirkan keamanannya. “Jangan sampe ada jamaah yang dirampas harta dan jiwanya.”
Dikatakan Ustaz Jazier, DKM juga harus jamin keamanan, sendal dan motor jamaah agar tidak hilang. “Kalau ada yang hilang, takmir masjid harus bertanggungjawab dan mengganti barang jamaah yang yang hilang. Kami di masjid Jogokariyan, berikhtiar menggunakan CCTV,” ujarnya.
Lebih jauh Ustad Jazier menjelaskan, orang yang bekerja di masjid harus lebih baik dari pabrik. Juga jangan mentang-mentang ibadah, jangan sampe bilang, bekerja harus ikhlas.
“Itu perbudakan. Gaji seorang takmir masjid harus sesuai dengan UMR. Adapun budak itu masuk kategori asnaf yang harus disantuni. Jika pemain sepakbola saja dibayar mahal, lha takmir masjid digaji sekedarnya.”
Manajemen sukses Masjid Jogokariyan, kata Ustaz Jazier, kuncinya pelayanan yang memuaskan pada jamaah. Jika ada musafir, harus diditerima dan dijamu. Jangan ada larangan tidur di masjid.
“Kami menyediakan penginapan, ada 11 kamar dan ber-AC. Jika ada musafir yang tak punya uang, kami tetap sediakan kamar yang ber-AC,” tukasnya.
Tak kalah menarik, fungsi masjid yang selain membangun ekonomi untuk mensejahterakan masyarakatnya, juga membangun persaudaraan. “Itulah sebabnya, kami sangat terbuka jika ada kajian salafi, NU, maupun Muhammadiyah. Tidak ada yang boleh mengatur orang shalat. Islam itu satu dan bersaudara. Inilah wujud kebhineka tunggal ika umat Islam di Indonesia.” (ass)