BELGRADE, (Panjimas.com) – Seorang aktivis muda Swedia baru -baru ini memulai perjalanan berbahaya dari Swedia menuju ke Palestina, dengan tujuan meningkatkan kesadaran tentang pelanggaran-pelanggaran hak asasi manusia Israel terhadap tanah dan rakyat Palestina di sepanjang jalan yang Ia lalui.
Benjamin Ladraa yang baru berusia 25 tahun itu menuturkan bahwa dirinya sangat tergerak untuk melakukan perjalanan selama 3 pekan menuju ke Palestina pada bulan April lalu, sehingga dia memutuskan untuk “memberitahu dunia tentang situasi di Palestina”.
“Saya terkejut dengan apa yang saya lihat di sana, melihat semua dinding, tentara berjalan di sepanjang jalan membawa senapan mesin M-60. Saya mendengar cerita tentang 300 anak-anak di penjara, pemerkosaan di rumah-rumah”, pungkasnya, dilansir dari Anadolu Ajensi.
“Setelah tiga pekan saya kembali dan ingin melakukan sesuatu untuk meningkatkan kesadaran tentang pelanggaran-pelanggaran hak asasi manusia di Palestina,” ujar Ladraa, yang lahir dari orang tua Yahudi itu.
Setelah menyelesaikan studi dan pekerjaanya, Benjamin Ladraa berangkat menempuh perjalanan hingga 5.000 kilometer dari Gothenburg, Swedia menuju ke Palestina pada 8 Agustus tahun lalu.
Ladraa selalu bergerak, membawa bendera Palestina di punggungnya dan sebuah keffiyeh, simbol kemerdekaan Palestina, dari balik bahunya.
Setiap hari adalah pengalaman yang berbeda bagi dirinya, tuturnya.
Terkadang ia tidur di tenda atau di hostel. Makan malam bisa berarti makan makanan kalengan dengan api unggun atau makan bersama dengan tuan rumah yang dia temui selama perjalanannya.
Ladraa kadang-kadang mengisi acara sejenis pemaparan, yang menceritakan tentang apa yang dia lihat selama perjalanannya ke Palestina.
Kecuali adanya beberapa insiden yang berdiri sendiri, Ladraa mengatakan bahwa kebanyakan orang menyambutnya.
Di Praha, katanya, dia ditahan oleh penjaga Kedutaan Besar Israel karena dia diketahui membawa sebuah bendera Palestina dan mendorong sebuah troli.
Ia dibebaskan setelah satu regu bom dipastikan tidak berbahaya.
Namun, para penjaga memindai paspornya dan Benjamin Ladraa khawatir pasukan perbatasan tidak akan membiarkan dia memasuki wilayah Palestina.
“Rencananya adalah melanjutkan perjalanannya itu melalui Bulgaria, Turki, Suriah, Libanon, dan lagi-lagi melalui Suriah ke Yordania, dan jika saya tidak dapat masuk ke Palestina, saya akan mencoba menginformasikan media tentang hal itu,” pungkasnya.
Benjamin Ladraa mengunggah foto–foto perjalanannya melalui akun Facebook dan Instagram-nya dengan tagar #walktopalestine.
Ladraa, yang sesekali bekerja untuk Palang Merah Internasional, menabung selama sekitar satu tahun untuk melakukan perjalanan ini.
Ladraa menuturkan bahwa dirinya telah menjual semua barang miliknya. Terkadang ia pun menerima sumbangan.
Benjamin Ladraa diharapkan mampu menyelesaikan perjalanannya pada bulan Juni atau Juli tahun ini.
“Saya pikir semua orang bisa dan harus memberi sedikit waktu untuk melakukan sesuatu untuk orang lain,” ungkap Ladraa, yang berangkat dari Beograd pada hari Sabtu, (10/02).[IZ]