IDLIB, (Panjimas.com) – Sedikitnya 75 warga sipil meregang nyawa akibat serangan pasukan Bashar al-Assad di Ghouta Timur Suriah, Kamis (08/02), demikian menurut Syrian Civil Defense.
Serangan udara tersebut menargetkan daerah pemukiman sipil sehingga menewaskan 27 orang di Arbin, 17 jiwa di Jisrin, 2 di Zamalka, 3 di Sabka, 3 di Misraba, 7 di Hamuriya, 1 di Bayt Sava dan seorang lagi di lingkungan Madyara, demikian menurut sumber Syrian Civil Defense, dikutip dari AA.
Selain itu, 8 nyawa warga sipil melayang di Duma, 4 di Hazzah dan 2 warga sipil lainnya tewas di Harasta, ujar unit pertahanan sipil, yang juga dikenal sebagai White Helmets.
Tim White Helmets segera dikerahkan ke tempat kejadian untuk operasi pencarian dan penyelamatan karena jumlah korban tewas dikhawatirkan terus meningkat.
Pasukan rezim Assad telah melakukan serangan udara intensif di wilayah tersebut sejak Kamis pagi (08/02).
Desa-desa di Ghouta Timur terus menjadi sasaran pasukan rezim Assad, meskipun fakta bahwa wilayah-wilayah tersebut termasuk dalam jaringan zona de-eskalasi dimana tindakan agresi militer dilarang.
Rezim Bashar al-Assad, bagaimanapun, telah berulang kali melanggar kesepakatan zona de-eskalasi tersebut dan telah menargetkan wilayah-wilayah pemukiman di Ghouta Timur hingga menewaskan total 524 jiwa dan menyebabkan sekitar 2.000 korban lainnya luka-luka sejak 29 Desember 2017.
Menjadi rumah bagi sekitar 400.000 penduduk, Ghouta Timur tetap berada di bawah pengepungan rezim yang melumpuhkan selama lima tahun terakhir. Dalam laporan tahunan yang baru saja dirilis, White Helmets menuding bahwa sebanyak 1.337 warga sipil dibunuh di Ghouta Timur pada sepanjang tahun 2017 akibat serangan-serangan yang terus berlanjut oleh pasukan rezim Bashar al-Assad.
Ghouta Timur telah dikepung selama 5 tahun lamanya dan akses kemanusiaan ke kota yang merupakan rumah bagi 400.000 warga sipil tersebut kini telah benar-benar terputus. Ratusan ribu penduduk saat ini sangat membutuhkan bantuan medis.
Dalam 8 bulan terakhir, rezim Bashar al-Assad telah mengintensifkan pengepungan di wilayah Ghouta Timur, sehingga hampir tidak mungkin disalurkannya pasokan makanan dan akses obat-obatan ke distrik tersebut sehingga membuat ribuan pasien dalam kondisi kritis dan memerlukan pengobatan segera.
Selama pembicaraan damai di ibukota Kazakhstan, Astana, tiga negara penjamin, Turki, Iran dan Rusia, sepakat untuk menetapkan zona de-eskalasi di Idlib dan di beberapa bagian Provinsi Aleppo, Latakia dan Hama.
Sejak awal 2011, Suriah telah menjadi medan pertempuran, ketika rezim Assad menumpas aksi protes pro-demokrasi dengan keganasan tak terduga — aksi protes itu 2011 itu adalah bagian dari rentetan peristiwa pemberontakan “Musim Semi Arab” [Arab Spring].
Sejak saat itu, lebih dari seperempat juta orang telah tewas dan lebih dari 10 juta penduduk Suriah terpaksa mengungsi, menurut laporan PBB.
Sementara itu Lembaga Pusat Penelitian Kebijakan Suriah (Syrian Center for Policy Research, SCPR) menyebutkan bahwa total korban tewas akibat konflik lima tahun di Suriah telah mencapai angka lebih dari 470.000 jiwa. [IZ]