DOHA, (Panjimas.com) – Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani pada hari Kamis (08/02) menghubungi Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh dalam rangka menegaskan kembali dukungan negaranya untuk perjuangan rakyat Palestina.
Menurut Qatari News Agency (QNA), Ismael Haniyeh menjelaskan Sheikh Tamim tentang “begitu kritisnya situasi kemanusiaan yang dihadapi oleh rakyat Gaza akibat pengepungan Israel yang terus berlangsung sehingga menyebabkan langka dan kurangnya pasokan bahan bakar dan energi listrik.”
Emir Qatar, berjanji pada Kepala Biro Politik Hamas itu bahwa pemerintah Doha akan mempertahankan dukungan jangka panjangnya terhadap rakyat Palestina, terutama dalam hal pembangunan kembali infrastruktur yang rusak akibat situasi peperangan di Gaza.
Haniyeh tak lupa mengucapkan terima kasih atas nama rakyat Gaza atas “dukungan Qatar yang terus berlanjut untuk kepentingan Palestina.”
Panggilan telepon Kamis (08/02) itu adalah telekomunikasi yang pertama kali bagi Ismail Haniyeh dari seorang pemimpin asing sejak A.S. menuding Kepala Biro Politik Hamas sebagai “teroris global” akhir bulan lalu.
Dalam beberapa tahun terakhir, Qatar telah melakukan banyak proyek rekonstruksi di Gaza, termasuk pembangunan jalan-jalan dan rumah sakit.
Wilayah Jalur Gaza menderita kekurangan energi yang melumpuhkan, dimana para penduduknya hanya menerima beberapa jam pasokan tenaga listrik per harinya.
Dengan tarif listrik saat ini, rumah sakit membutuhkan 500 liter (132 galon) bahan bakar per harinya untuk mengoperasikan generator dan menjaga layanan medis tetap berjalan, ungkap Qudra menambahkan.
Cuaca dingin di Gaza juga menyebabkan lonjakan permintaan listrik dan bahan bakar yang digunakan untuk pembangkit listrik.
Gaza membutuhkan 500 megawatt listrik seharinya akan tetapi pasokan yang tersedia hanya kurang dari setengahnya.
Israel tetap mempertahankan operasi pengepungannya di Gaza selama satu dekade dengan dalih membatasi pergerakan Hamas, gerakan perlawanan rakyat Palestina yang mengendalikan wilayah Jalur Gaza dan telah berjuang dalam 3 peperangan sejak tahun 2008.
Barang dan perlengkapan seperti bahan bakar yang tidak termasuk dalam daftar larangan Israel diperbolehkan masuk melalui salahs satu persimpangan dari Israel ke Gaza.
Otoritas Palestina, yang berbasis di Tepi Barat yang diduduki Israel, baru-baru ini juga sepakat untuk mengakhiri pemotongan pembayaran listrik untuk Gaza
Mesir juga tetap menutup perbatasannya dengan Gaza dalam beberapa tahun terakhir, namun mengizinkan pasokan bahan bakar untuk diimpor.[IZ]