NEW YORK, (Panjimas.com) – Hampir 47.000 warga sipil terpaksa mengungsi ke kota pesisir Yaman, Aden, akibat meningkatnya kerusuhan di 2 kota sejak akhir tahun lalu, demikian menurut juru bicara Sekjen PBB, Senin (05/02).
“Meningkatnya konflik di Taizz dan Hudaydah sejak Desember 2017 telah mengungsikan hampir 47.000 warga sipil ke Aden dan gubernuran lainnya di Yaman selatan,” pungkas juru bicara Sekretaris Jenderal PBB, Stephane Dujarric saat berbicara di depan para wartawan di kantor pusat New York, dilansir dari Anadolu.
Situasi di Aden dilaporkan “terkendali”, dengan sekolah-sekolah, pelabuhan dan bandara beroperasi seperti biasanya dan kegiatan kemanusiaan dapat dilanjutkan, jelas Dujarric.
“Meskipun impor makanan, bahan bakar dan medis berlanjut lagi melalui semua pelabuhan, blokade dalam beberapa pekan menjelang 20 Desember 2017, berdampak parah pada banyak keluarga dan perputaran ekonomi serta bisnis di Yaman,” imbuhnya.
Dujarric mengatakan harga pangan selama blokade naik sekitar 47 persen di atas rata-rata dibandingkan sebelum konflik meningkat pada Maret 2015.
Aden dijadikan sebagai tempat sementara pemerintahan Presiden Abd Rabbuh Mansour Hadi yang didukung Saudi sejak pemberontak Houthi menguasai sebagian besar wilayah negara tersebut, termasuk ibukota Sana’a, pada tahun 2014.
Pada tahun 2015, Arab Saudi dan sekutu Sunni-Arab – yang menuduh Houthi sebagai proksi Iran – dan melancarkan sebuah kampanye militer besar-besaran di Yaman yang bertujuan untuk membebaskan wilayah yang direbut Houthi.
Yaman yang kini menjadi negara miskin, tetap berada dalam keadaan kacau sejak tahun 2014, ketika milisi Syiah Houthi dan sekutunya menguasai ibukota Sanaa dan bagian-bagian lain negara ini.
Sejak Maret 2015, koalisi internasional yang dipimpin Saudi telah memerangi pemberontak Syiah Houthi yang disokong rezim Iran dan pasukan-pasukan yang setia kepada mantan Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh, Arab Saudi dan sekutu-sekutu negara Muslim Sunni meluncurkan kampanye militer besar-besaran yang bertujuan untuk mengembalikan kekuasaan yang diakui secara internasional dibawah Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi.
Arab Saudi dan para sekutunya melihat milisi Houthi sebagai proxy kekuatan Iran di dunia Arab. Koalisi militer Arab yang dipimpin oleh Saudi di Yaman terdiri dari Koalisi 10 negara yakni Arab Saudi, Kuwait, Uni Emirat Arab, Qatar, Bahrain, Yordania, Mesir, Maroko, Sudan, dan Pakistan.
Sejumlah organisasi hak asasi manusia telah menuding Kerajaan Saudi terlibat kejahatan perang sebagai akibat dari kampanye pengebomannya yang dapat dianggap sembarangan dan menyebabkan kerusakan berlebihan pada negara tersebut termasuk jumlah korban tewas yang cukup tinggi.
Menurut pejabat PBB, lebih dari 10.000 warga Yaman telah tewas akibat konflik berkepanjangan ini, sementara itu lebih dari 11 persen dari jumlah penduduk negara itu terpaksa mengungsi, sebagai akibat langsung dari pertempuran yang tak kunjung usai. Untuk diketahui, lebih dari setengah total korban adalah warga sipil. sementara 3 juta lainnya diperkirakan terpaksa mengungsi, di tengah penyebaran malnutrisi dan penyakit.[IZ]
baca: Dinamika Perang Yaman Berubah Drastis, Pasca Pembunuhan Ali Abdullah Saleh