LAMONGAN, (Panjimas.com) – Zaki Putra Andika (23), mahasantri asal Lamongan yang ditemukan meninggal saat tersesat di Gunung Raung, Banyuwangi, di mata keluarga adalah seorang yang ringan tangan dan suka berbagi.
Ummu Dawas, Kakak pertama Zaki mengaku kehilangan sosok adiknya yang suka menolong teman dan keluarganya itu. Saat perjalanan menuju kampung Sedayu Lawas, Brondong, Lamongan bersama Panjimas, untuk menyambut jenazah Zaki, untuk menunggu dimakamkan. dia menuturkan karakter pemuda yang tanpa bekal dan pakaian safety pendakian itu.
“Habis gajian atau pegang uang suka bagi-bagi uang ke temannya. Dia itu kayak nggak mikir untuk dirinya sendiri. Apalagi sebelum ke Ma’had Abu Bakar, dia kan kerja di konter HP. Kalau hp kakaknya rusak langsung dia belikan, padahal harganya juga tidak mudah,” ucap Ummu Dawas, Senin (5/2/2018).
Hal sama dikatakan Ummu Fatimah, kakak ipar Zaki. Dia mengaku pada hari Kamis (1/2/2018) meski di Gunung Raung, Zaki sempat mengirim pesan singkat menanyakan orderan jualan onlinenya.
“Waktu hari Kamis siang jam 1 itu masih WA nan sama mas Adi Setyawan suami saya. Zakki itu menanyakan kiriman jualan online (pembalut/popok) sudah dikirim apa belum,” ujar Ummu Fatimah mengenang.
Sementara itu, Muhammad Amin (62), ayah Zaki mengatakan jenazah anaknya akan dimakamkan Pemakaman ‘Suko’, Sedayu Lawas kampung halamannya.
“Anaknya itu tidak pernah mbantah sama orang tua, meneng ngrungoke, hanya kalau punya keinginan terlalu semangat,” kata Amin.
Diberitakan bahwa, Zakki melakukan perjalanan mendaki Gunung Raung sejak Selasa (30/1/2018) bersama kedua temannya, Mohamad Sholahudin Qoyim (22) dan Mohammad Bayu Alfarizi (19). Pada Kamis siang (1/2/2018), Zaki dinyatakan hilang dan baru ditemukan tim SAR pada Ahad (4/2/2018).
Tim yang dikomando Koordinator Pos Siaga SAR Ketapang ini terdiri dari Basarnas, potensi SAR, relawan penanggulangan bencana, mahasiswa pencinta alam, dan kelompok pemandu pendakian. Mereka menemukan Zaki dalam kondisi meninggal di bawah “puncak tusuk gigi” Gunung Raung. [SY]