SANA’A, (Panjimas.com) – Seorang Komandan Militer senior pro-pemerintah Yaman dilaporkan tewas akibat ledakan bom di Yaman Selatan pada hari Sabtu (03/02), demikian menurut seorang perwira militer setempat.
Ledakan bom itu menewaskan konvoi Letnan Kolonel. Moeen al-Shamsi, Komandan Brigade Pertahanan Udara, di Distrik Qa’tabah di Provinsi al-Dhale, ujar Saddam al-Maresi, seorang perwira militer setempat, dikutip dari AA.
Salah satu pembantu al-Shamsi tewas sementara 5 korban lainnya luka-luka dalam serangan pemboman tersebut, pungkasnya.
Tidak ada klaim tanggung jawab atas serangan bom di Qa’tabah tersebut.
Pada tahun 2015, Arab Saudi dan sekutu Sunni-Arab – yang menuduh Houthi sebagai proksi Iran – dan melancarkan sebuah kampanye militer besar-besaran di Yaman yang bertujuan untuk membebaskan wilayah yang direbut Houthi.
Yaman yang kini menjadi negara miskin, tetap berada dalam keadaan kacau sejak tahun 2014, ketika milisi Syiah Houthi dan sekutunya menguasai ibukota Sanaa dan bagian-bagian lain negara ini.
Sejak Maret 2015, koalisi internasional yang dipimpin Saudi telah memerangi pemberontak Syiah Houthi yang disokong rezim Iran dan pasukan-pasukan yang setia kepada mantan Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh, Arab Saudi dan sekutu-sekutu negara Muslim Sunni meluncurkan kampanye militer besar-besaran yang bertujuan untuk mengembalikan kekuasaan yang diakui secara internasional dibawah Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi.
Arab Saudi dan para sekutunya melihat milisi Houthi sebagai proxy kekuatan Iran di dunia Arab. Koalisi militer Arab yang dipimpin oleh Saudi di Yaman terdiri dari Koalisi 10 negara yakni Arab Saudi, Kuwait, Uni Emirat Arab, Qatar, Bahrain, Yordania, Mesir, Maroko, Sudan, dan Pakistan.
Sejumlah organisasi hak asasi manusia telah menuding Kerajaan Saudi terlibat kejahatan perang sebagai akibat dari kampanye pengebomannya yang dapat dianggap sembarangan dan menyebabkan kerusakan berlebihan pada negara tersebut termasuk jumlah korban tewas yang cukup tinggi.
Menurut pejabat PBB, lebih dari 10.000 warga Yaman telah tewas akibat konflik berkepanjangan ini, sementara itu lebih dari 11 persen dari jumlah penduduk negara itu terpaksa mengungsi, sebagai akibat langsung dari pertempuran yang tak kunjung usai. Untuk diketahui, lebih dari setengah total korban adalah warga sipil. sementara 3 juta lainnya diperkirakan terpaksa mengungsi, di tengah penyebaran malnutrisi dan penyakit. [IZ]
baca: Dinamika Perang Yaman Berubah Drastis, Pasca Pembunuhan Ali Abdullah Saleh