ACEH TIMUR, (Panjimas.com) – Buku bacaan berupa novel yang berkonten pornografi beredar di sejumlah sekolah di Kabupaten Aceh Timur, Aceh. Buku itu dilaporkan didapati di SMPN 2 Sungai Raya, setelah sejumlah siswanya meminjam buku di sana. Demikian dilansir viva.
Buku itu diketahui berjudul Perempuan Bernama Arjuna. Ada empat buku yang mengandung unsur pornografi, yaitu buku berjudul Perempuan Bernama Arjuna 1 (Filsafat Dalam Fiksi), Perempuan Bernama Arjuna 2, Sinologi Dalam Fiksi, Perempuan Bernama Arjuna 3 Javanologi Dalam Fiksi, dan Perempuan Bernama Arjuna 6: Sundanologi Dalam Fiksi. Pada keempat buku ini tertulis pengarangnya adalah Remy Sylado, dengan penerbit Nuansa Cendekia.
Buku-buku dimaksud berisi cerita fiksi tentang percintaan berunsur porno yang seharusnya beredar di kampus, bukan di sekolah-sekolah. Total buku itu mencapai 40 eksemplar yang beredar di SMPN 2 Sungai Raya.
“Kita tidak tahu apa motifnya, apakah bertujuan untuk pendangkalan akidah, ideologi, atau misi lain. Tapi, gambar-gambar adegan porno sangat jelas terlihat,” kata Tgk Mustafa MY, Pembina Ormas Himpunan Anak Masjid, saat dikonfirmasi pada Senin, 5 Januari 2018.
Kepala Sekolah SMPN 2 Sungai Raya, Syarifah, membenarkan bahwa buku itu telah ada di perpustakaan sekolah sejak tiga bulan lalu. Ia mengaku tidak mengetahui adanya materi yang tak pantas dibaca siswa sebelumnya itu.
“Konten dewasa itu ditemukan di halaman 299 hingga 303 pada buku. Yang sekilas menampakkan peran Arjuna sedang berhubungan layaknya suami istri,” ujarnya. Buku-buku itu berasal dari belanja hibah barang oleh Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Aceh.
Menurutnya, konten-konten vulgar yang terdapat dalam buku tersebut bisa merusak karakter generasi muda. Ini disebabkan lemah dan lalainya pengawasan.
Sekretaris Dinas Arsip dan Perpustakaan Aceh Timur, Subkti, sudah mengonfirmasi kabar itu. Petugas sudah menyita seluruh eksemplar buku dari perpusatakaan SMPN 2 Sungai Raya sekaligus mengirimkan surat pemberitahuan kepada Dinas Arsip Provinsi Aceh.
Subkti mengimbau seluruh petugas di perpustakaan untuk memeriksa buku yang masuk dari segala sumber mana pun. Jika ditemukan buku yang tidak layak jadi bacaan pelajar, masyarakat diminta untuk melaporkan kepada petugas.
Kepala Dinas Arsip dan Perpustakaan Aceh, Zulkifli, belum memberikan keterangan tentang peristiwa itu meski telah berulang kali dihubungi wartawan. Dia menolak memberi keterangan tentang proteksi buku hibah yang disalurkan pemerintah kepada SMPN 2 Sungai Raya.
“Coba saja hubungi Pak Dedi. Dia lebih paham,” ujarnya singkat.
Kepala Bidang Perpustakaan Aceh, Dedi, juga menolak untuk diwawancarai. Dia tak menjawab ketika dihubungi melalui telepon tidak berada kantornya di Perpustakaan Aceh. [RN]