GAZA, (Panjimas.com) – Rumah Sakit di Jalur Gaza terpaksa menghentikan layanan medisnya Senin awal pekan lalu setelah kehabisan bahan bakar, menurut Kementerian Kesehatan,
Kemenkes Gaza meyebutkan bahwa kasus semacam ini merupakan sebuah contoh lebih lanjut tentang kekurangan listrik parah yang sedang dihadapi wilayah Jalur Gaza.
Rumah Sakit Beit Hanoun di Gaza Utara tersebut “menunda layanan medisnya akibat kekurangan bahan bakar,” para pasien kemudian dipindahkan ke rumah sakit lainnya, ujar juru bicara Kementerian Kesehatan Gaza, Ashraf al-Qudra, dilansir dari AFP.
Al-Qudra mengatakan sekitar 60.000 warga Gaza biasanya dilayani oleh RS Beit Hanoun, yang dilaporakan merawat puluhan pasien yang berada dalam kondisi serius.
Rumah sakit lainnya, termasuk Rumah Sakit Shifa yang merupakan RS terbesar di Gaza, tetap membuka pelayanan medis.
Wilayah Jalur Gaza menderita kekurangan energi yang melumpuhkan, dimana para penduduknya hanya menerima beberapa jam pasokan tenaga listrik per harinya.
Dengan tarif listrik saat ini, rumah sakit membutuhkan 500 liter (132 galon) bahan bakar per harinya untuk mengoperasikan generator dan menjaga layanan medis tetap berjalan, ungkap Qudra menambahkan.
Cuaca dingin di Gaza juga menyebabkan lonjakan permintaan listrik dan bahan bakar yang digunakan untuk pembangkit listrik.
Gaza membutuhkan 500 megawatt listrik seharinya akan tetapi pasokan yang tersedia hanya kurang dari setengahnya.
Israel tetap mempertahankan operasi pengepungannya di Gaza selama satu dekade dengan dalih membatasi pergerakan Hamas, gerakan perlawanan rakyat Palestina yang mengendalikan wilayah Jalur Gaza dan telah berjuang dalam 3 peperangan sejak tahun 2008.
Barang dan perlengkapan seperti bahan bakar yang tidak termasuk dalam daftar larangan Israel diperbolehkan masuk melalui salahs satu persimpangan dari Israel ke Gaza.
Otoritas Palestina, yang berbasis di Tepi Barat yang diduduki Israel, baru-baru ini juga sepakat untuk mengakhiri pemotongan pembayaran listrik untuk Gaza
Mesir juga tetap menutup perbatasannya dengan Gaza dalam beberapa tahun terakhir, namun mengizinkan pasokan bahan bakar untuk diimpor.[IZ]