JAKARTA, (Panjimas.com) – Ulama Muda Muhammadiyah yang terdiri dari mudir pondok pesantren Muhammadiyah se-Indonesia menyampaikan tausiah kebangsaan yang meliputi empat poin pembahasan, yaitu politik uang, hoax, sumber daya alam, serta persatuan dan nasionalisme.
Kongres Ulama Muda Muhammadiyah yang digelar di aula KH. Ahmad Dahlan, Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah, dipimpin langsung oleh Buya Abrar Aziz.
Dalam keterangan tertulisnya yang diterima Panjimas, Ustadz Jati Sarwo mengimbau kepada umat Islam untuk menghindari segala bentuk money politik karena merupakan bentuk penyuapan (risywah) untuk meraih jabatan.
Perbuatan risywah mendapat laknat dari Allah SWT baik pemberi, penerima, maupun perantara suap. “Termasuk mendapat pekerjaan seperti PNS dengan cara suap, jabatan dan penghasilan Gubernur, Bupati dan Walikota yang didapat melalui suap baik dalam bentuk mahar politik maupun menyuap pemilih adalah haram,” katanya, Rabu (31/1/2018).
Tidak hanya itu, Ulama Muda Muhammadiyah pun membahas permasalahan hoax (berita bohong). Ustad Arif Hidayat berharap agar umat Islam selektif dan menggunakan prinsip tabayyun dalam menyampaikan berita.
Menurutnya, menyebarkan berita bohong (hoax) adalah dosa besar dan pelakunya dapat dikategorikan fasiq. “Kami menghimbau kepada umat Islam agar tidak bekerja sebagai buzzer politik/penyebar hoax karena penghasilan yang didapat dari pekerjaan yang fasad adalah haram dan akan membawa kemudharatan bagi pelakunya,” tuturnya.
Menyinggung soal sumber daya alam, Ustad Rizki Usmul Azam menjelaskan bahwa itu adalah anugerah Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang harus disyukuri dan dikelola untuk kepentingan masyarakat.
“Pengelolaan sumber daya alam yang melampaui batas dapat dikategorikan sebagai kufur nikmat dan perbuatan sesat,” tegasnya.
Oleh karenanya, ia berharap agar umat Islam terus belajar dan menguasai ilmu pengetahuan yang diperlukan untuk mengelola sumber daya alam. “Agar dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan umat manusia,” tambahnya.
Selain itu, Ustadz Rahiman Agus berharap agar umat Islam mempererat persatuan dan kesatuan. “Muhammadiyah sebagai bagian dari pendiri Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki komitmen dan tanggung jawab untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.” pungkasnya. [DP]